Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengenal Dunia Sepak Bola dari Winning Eleven, PS1

17 Juni 2020   03:00 Diperbarui: 18 Juni 2020   15:29 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi PlayStation1, Sony. (sumber: unsplash.com/@chilinik)

"Karena katertarikan saya akan sepak bola, dan karena saya sering bermain Konami Cup/International League, saya kemudian bisa mengenal lebih detail para pemain di Club maupun di Negara masing-masing." 

Saya lahir di Kota Kupang, tetapi dibesarkan dan tinggal di Soe. Sebuah kota kecil di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi NTT. 

Pendudukan yang jumlahnya cukup banyak dari kabupaten lain. Sejak SD (tahun.1996), saya suka bermain sepak bola bersama tetangga di halaman depan rumah atau di jalan (gang) kecil.

Hobi bermain sepak bola akhirnya menjadi rutinitas yang tidak bisa dibendung ketika ada suara teman yang setiap sore datang di depan rumah sambil memanggil nama saya untuk bergabung bersama mereka.

Setelah bermain sampai kelehana, saya pulang dengan baju kotor dan sudah pasti akan dimarahi oleh kedua orang tua saya. Paling-paling dihukum mencuci baju sendiri atau kalau tidak pasti betis dan punggung saya akan terkena 'cambukan' ranting asam dari ayah. 

Maklum, ayah saya memang seorang yang terkenal cukup keras dan tegas pada kami anak-anaknya. Walau begitu, tidak menurunkan niat saya untuk terus bermain sepak bola bersama teman disekitaran rumah.

Waktu terus berlalu dan saya mulai memasuki masa putih biru (SMP, tahun.2002). Saya berkenalan dengan salah satu teman keturunan tionghoa (Cina) bernama Calvin. 

Dari dialah, saya mulai mengenal game karena hanya dia yang memilikinya waktu itu. Salah satu game tertua yang saya kenal adalah Video Game (yang kami sebut Nintendo). 

Saya bersama beberapa teman lain sering bolos sekolah dan pergi ke rumah Calvin hanya untuk sekadar bermain Nintendo. Sekalipun itu beresiko, tetapi ada kepuasan tersendiri yang kami alami ketika kami bermain bersama.

Sumber: Winning.com
Sumber: Winning.com

Tak lama setelah, muncullah game lain yang masih asing dan baru bagi kami bernama Play Station (lebih dikenal dengan 'PS' // Baca: pe-es). Ya itulah dialek dan gaya kami menyebutnya. Pasti di daerah lain dikenal dengan gaya dan nama yang sedikit berbeda.

Terlepas dari itu, PS yang muncul dan kami kenal saat itu adalah PS1 yang menjadi cikal bakal muncul dan berkembangnya jenis PS seri berikutnya.

Kendati ada banyak permainan yang bisa dimainkan di PS, (sejauh yang saya ingat, biasanya kami bermain Takken, Moto GP, Mobile Crash, Petualangan, dan masih banyak lagi permainan yang cukup laris di kalangan kami zaman itu).

Tetapi yang paling saya sukai dari PS adalah permainan Sepak Bola karena memang hobi saya sejak kecil adalah bermain bola kaki. Dan karena beberapa teman saya juga suka, maka kami selalu bermain tidak saja versus tetapi dalam grup (lebih dikenal dengan 'Konami Cup').

Well, singkat cerita, nostalgia lawas masa kecil saya, mungkin memiliki kenangan yang tidak bisa ditulis dalam lembar ini. 

Sangat panjang karena saya tinggal di daerah yang tergolong masih jauh dari modernitas (kala itu) sehingga selain bermain game, kami juga bermain permainan lokal yang sampai sekarang masih membekas menjadi nostalgia di benak memori saya.

Sungguh cerita masa kecil yang menggemaskan dan sulit terlupakan. Karena katertarikan saya akan sepak bola, dan karena saya sering bermain Konami Cup/International League, saya kemudian bisa mengenal lebih detail para pemain di Club maupun di Negara masing-masing.

Kalau melihat kisah singkat saya di atas, tertera jelas bahwa saya mulai mengenal PS sekitar tahun 2002/2003. Tepat di saat itu, Real Madrid menjuarai Liga Champions Eropa mengalahkan Bayer Leverkusen (2-1). Gol terbaik Zinedine Zidane (kini Pelatih RM-FC) membuat saya menjadi fans beratnya.

Disitulah saya mulai menyukai Club Real Madrid dan menjadi Madridsta sampai saat ini. Bahkan, saking sukanya saya pada PS, orang tua saya kemudian membuat rental (sewaan) PS di rumah saya dengan dua PS, agar saya tidak berkeliaran keluar rumah.

Kalau membaca sejarah, tentu Winning Eleven memiliki cerita yang panjang.  Perusahaan Konami yang menjadi pengembangnya pada saat itu adalah raksasa dunia game.

Sekalipun Konami merilis game sepak bola seri perdananya dengan nama International Superstar Soccer (ISS) tahun 1994, tetapi saya baru mengenal dan memainkannya di tahun 2003.

Sungguh waktu yang sangat lama sampai saya bisa mengenalnya karena memang keterbatasan akses informasi kala itu.

Tetapi justru melalui Winning Eleven versi PS1, saya bisa mengenal banyak pemain sepak bola handal saat itu, dan perkembangan dunia sepak bola, termasuk Piala Dunia (yang saya mulai sadar dan sedikit tahu adalah Piala Dunia tahun 1998 & 2002).

Ya, saya sangat bersyukur atas keberadaan PS1 dengan Winning Eleven yang memanjakan mata dan membuat saya bahkan tidak merasa lapar kalau sudah memainkannya bersama teman lain. Bisa dibilang saya mengalami 'adiksi' tetapi tidak separah anak-anak zaman sekarang yang kecanduannya sudah berada di level dewa.

Mengapa? Karena dulu, akses internet belum ada, dan komunikasi kami lebih banyak berada di dunia nyata. Tidak seperti sekarang, semua serba instan dan cepat. Tidak ada lagi jarak dan batasan. Semua aktivitas manusia lebih banyak di dunia maya.

Saya kira, kehadiran PS tidak buruk pada zamannya. Kalau dibandingkan dengan kondisi sekarang, kehadiran PS adalah legenda game yang tidak akan bisa terlupakan oleh generasi Y kelahiran (1981-1994). Semua yang lahir di interval tahun itu, pasti akan menolak lupa terhadap 'canggih' dan 'modern'nya Winning Eleven versi PS1.

Sekarang, kenangan itu hanya bisa diingat sebagai nostalgia. Dan niat saya sekarang adalah ingin memiliki kembali PS dengan versi apa saja, asalkan saya bisa kembali bermain Konami Cup bersama teman-teman. Ada banyak rental PS di kota saya. Tetapi masih tergolong sepi.

Karena banyak anak generasi sekarang yang lebih menyukai Free Fire, Mobile Lagend, dan beragam jenis game online masa kini. Itulah sepenggal cerita di zaman saya, yang tentu berbeda dengan zaman sekarang.

Saya banyak belajar dari masa di mana saya mengenal permainan sepak bola di layar Televisi tetapi menghipnotis saya sehingga saya merasa seperti sedang benar-benar berada di dalamnya. Terima kasih Konami, Terima kasih PS. Dari kalian, saya mengenal dunia sepak bola sampai saat ini. 

"Shhhhhuuuutttoooo...." Teriakan khas yang ingin saya dengar lagi.....

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun