Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Philo-"Sopia", Menakar Urgensi Minuman Keras Khas NTT (Sopi)

26 April 2020   21:06 Diperbarui: 26 April 2020   21:10 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu perubahan tersebut mengatur bahwa minuman beralkohol tidak dapat lagi dijual di mini market. Pernyataan ini terbentuk dengan dasar argumen adalah untuk melindungi moral dan budaya masyarakat serta meningkatkan efektivitas pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran dan penjualan minuman beralkohol. 

Akibat terlalu berkutak pada efek miras yang dinilai seolah 'negatif' dan selalu menggunakan term 'penyalahgunaan' minuman beralkohol, maka kita akhirnya lupa akan pentingnya menggunakan term 'pembenar-gunaan' miras dalam praktek upacara adat yang merupakan bagian integral dari pribadi seseorang dan warisan penting leluhur.

Produksi Miras Lokal NTT: Sebuah Peluang dan Tantangan

Peluncuran produk miras asli NTT bermerek Sophia ini merupakan langkah strategis Pemerintah demi pengembangan dan peningkatan ekonomi masyarakat setempat, 

Bagi saya, produksi Sophia merupakan peluang investasi yang baik sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat NTT pada umumnya. Hal ini sejalan dengan tujuan utama diproduksikannya miras lokal menurut Gubernur NTT yakni untuk mengembangkan industri pengolahan dan bisa menyerap banyak tenaga kerja. 

Harapan terbesar dari adanya produk ini adalah menurunnya angka kemiskinan dan meningkatknya ekonomi masyarakat lokal, khususnya petani lokal yang memiliki pohon lontar (tuak). Mengingat, terdapat cukup banyak masyarakat lokal yang berprofesi sebagai penyadap nira pohon lontar dan menjadikan produk tersebut sebagai sumber utama penghasilan atau mata pencaharian.

Namun, menilik fakta yang ada, para petani atau penyadap nira lontar ini tidak terberdayakan sepenuhnya sehingga hidup mereka lamban berkembang. Karena itu, yang menjadi tantangan sekarang adalah bagaimana Pemerintah mengatur dan mengorganisir berbagai usaha kecil menengah miras yang ada di berbagai daerah di NTT, sehingga bisa tergabung dalam satu wadah yang nantinya akan menjadi 'perusahaan lokal' dengan produk miras unggulan yang tak kalah saing dengan produk miras lain. 

Pemerintah harus bisa membuat langkah strategis dan kebijakan yang tepat sasar agar produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas. Hal terpenting saat ini adalah melakukan pengkajian dan pengujian secara berkelanjutan agar Sophia bisa diterima dan bersaing di pasar global serta menjadi produk unggulan yang dapat dibanggakan masyarakat NTT.

Philo-SOPHIA: Cinta akan 'SOPHIA' (Produk Lokal)

Terlepas dari ini semua, di akhir tulisan ini saya hanya ingin memberikan komentar singkat, bahwa keberadaan minuman keras asli NTT bermerek Sophia patut diapresiasi. 

Dibalik peluncuran tersebut, terbesit harapan dan tujuan baik, yakni kesejahteraan seluruh masyarakat NTT. Kita harus bisa melihat dengan bijak bahwa program ini bukan berarti membiarkan peredaran miras lokal secara tidak terkontrol, tetapi lebih kepada mengelola miras sesuai dengan standar dan regulasi yang ditetapkan sehingga bisa diakui. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun