21 gol dalam 66 cap bukan catatan buruk untuk seorang gelandang. Tapi 66 cap dalam 3 musim tentu saja menunjukkan bahwa pemain itu bukanlah pemain yang sangat dibutuhkan dalam sebuah tim. Itulah Kaka, mantan ikon sekaligus separuh nafas permainan AC Milan yang meredup setelah memutuskan hijrah ke Real Madrid.
Nasib Kaka di Real Madrid adalah sesuatu yang diluar jangkauan, hal yang sama sekali tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Aneh rasanya ketika menyadari ketergantungan Milan saat itu sekarang berubah menjadi ketidakperdulian Madrid.
Benarkah cedera menjadi alasan utama dalam proses Kaka mencapai 'from zero to hero'?.
Dimusim pertama memang terlihat bahwa cedera menghalangi Kaka untuk banyak tampil guna menunjukkan kualitasnya, dimusim kedua, saat Mourinho sudah menangani Madrid, Kaka juga masih lebih banyak melalui musim diruang perawatan. Dan musim ketiga adalah musim paling sehat untuk Kaka, tapi sayang diapun masih lebih banyak melewatkan pertandingan dari bangku cadangan.
Ada apa dengan Kaka?
Masih ingat musim lalu, saat diturunkan Kaka kerap jadi penentu melalui gol dan assistnya, disaat pemain lain kembali diturunkan lagi kelapangan setelah bermain bagus guna memupuk rasa percaya diri, Kaka tidak begitu, ia kembali duduk dibench seolah-olah dia tak pernah tampil baik saat dipercaya oleh Mou.
Sekali lagi 21 gol dari 66 penampilan bukanlah catatan buruk untuk seorang gelandang. Tampil kembali setelah cedera pun performa Kaka jarang mengecewakan. Bukan sedikit Kaka berperan besar dalam sebuah pertandingan yang dimenangkan Real Madrid. Kesimpulannya Kaka masih pemain dengan kualitas bintang saat diturunkan kelapangan.
Tapi mengapa Mou memperlakukan Kaka layaknya pemain kacangan.
Usut punya usut ternyata karena Mou sudah memiliki anak emas dalam timnya. Anak emas yang mempunyai kewarganegaraan yang sama seperti dirinya. Anak emas yang sinarnya bisa saja terlihat lebih redup dikalahkan oleh gemilangnya Kaka jika lebih sering tampil. Anak emas itu adalah Cristiano Ronaldo yang masih banyak tampil tidak konsisten dan kerap tampil buruk dalam pertandingan besar.
Jika kita lihat dan mau mengakui, setiap kali dipercaya Kaka jarang tampil mengecewakan. Cedera tidak begitu mempengaruhi penampilannya. Kaka tetaplah sama seperti saat ia membela AC Milan, hanya saja ia sial harus bertemu dengan Mourinho yang lebih mengutamakan pemain Portugal. Kaka tetap pemain menentukan dimanapun ia berada. Keegoisan Mourinho lah yang membuat ia terpinggirkan di Real Madrid. Pergi saja Kaka, kau masih sangat diperlukan Sepakbola, sungguh sayang jika bakatmu harus dikorbankan hanya karena ego seorang Mouriho.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H