Mohon tunggu...
Dibbsastra
Dibbsastra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Minat saya adalah sebagai penulis cerpen, puisi, quotes, artikel, novel

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Arunika Swastamita - 1

2 Oktober 2024   15:09 Diperbarui: 6 Oktober 2024   23:26 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dibbsastra 

"Arunika: Cahaya Cinta"

Di batas malam, saat kelam menggantung rendah  
Tersebutlah Swastamita, pria yang berdiri di ujung senja  
Mencari terang di tengah kabut kehidupan,  
Menanti sesuatu yang tak pernah tiba.

Hidupnya adalah duri tanpa bunga,  
Langkahnya berat, tertatih oleh luka lama.  
Hingga suatu fajar, Arunika datang,  
Seperti sinar pertama di ufuk pagi.

Cahayanya lembut, bukan membakar,  
Melainkan menghangatkan jiwa yang membeku.  
Dalam tatapannya, Swastamita melihat dunia baru,  
Dunia yang ia pikir tak pernah ada untuknya.

Arunika tak berkata banyak,  
Namun setiap gerak dan senyumnya,  
Adalah janji keabadian yang ia tak tahu ia rindukan,  
Cinta yang tulus, tanpa syarat, tanpa beban.

Dia adalah matahari bagi malam Swastamita,  
Menerangi jalan yang tak lagi suram.  
Dengan Arunika, luka-luka lama mulai sembuh,  
Kekosongan pun terisi oleh kebahagiaan murni.

Kini, setiap pagi, Swastamita menyambut fajar,  
Bukan dengan kekecewaan,  
Tapi dengan harapan dan senyuman,  
Sebab Arunika, sang cahaya cinta,  
Telah menjadi miliknya untuk selamanya.

"Swastamita: Jiwa yang Bergetar"

Di ujung senja, Swastamita termenung,  
Meresapi jingga yang membias di cakrawala,  
Ketenangan yang tak pernah benar-benar ada,  
Sebab jiwanya bergetar, tak pernah hening.  

Arunika, sang mentari pagi yang selalu datang,  
Mengusik relung terdalam tanpa pernah tahu,  
Bahwa kehadirannya menyapu segala resah,  
Menembus hati yang terbungkus dingin kabut.  

Setiap kali Swastamita merasakan bayang itu,  
Sekejap mata, arus hangat menyelimutinya,  
Bukan cinta yang biasa, bukan gairah yang liar,  
Namun kedalaman yang tak terucapkan kata.  

Dalam setiap kehadiran Arunika,  
Swastamita berdiri di antara rindu dan cemas,  
Tak tahu bagaimana menyampaikan,  
Getaran di dadanya yang kian hari memuncak.  

Dia bukanlah awan, tapi bagian dari langit,  
Selalu ada di tempat yang sama, tak tergapai,  
Sementara Arunika hanya singgah,  
Sejenak sebelum pergi menjemput hari.  

Ah, Swastamita terus bergetar,  
Menanti fajar, menanti hangatnya mentari,  
Menyadari bahwa ia tak bisa berhenti berharap,  
Pada sinar yang mungkin tak pernah jadi miliknya.

"Purnama Cinta Arunika"

Dalam kelamnya malam tanpa bintang,  
Arunika hadir sebagai purnama terang,  
Menerangi langit yang semula muram,  
Seakan menghapus semua duka dan dendam.  

Cintanya lembut, tak perlu suara,  
Seperti bisikan angin di antara sela dedaunan tua,  
Tak tergesa, tak meminta lebih,  
Namun kehadirannya selalu meneduhkan hati yang letih.  

Bagai purnama menggantung di langit hitam,  
Arunika bertahta di hatiku yang kelam,  
Tanpa pernah memaksa cahayanya terlihat,  
Namun selalu ada, selalu dekat.  

Saat dunia terlelap dalam mimpi-mimpi kosong,  
Cinta Arunika tetap teguh dan kokoh,  
Menjaga setiap sudut hati yang nyaris patah,  
Memberi hangat tanpa pernah marah.  

Oh, Purnama Cinta Arunika,  
Kau adalah harap dalam malam gulita,  
Di balik keraguan yang pernah ada,  
Kau sinar, kau cinta, kau cahaya

Cilacap, September 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun