Mohon tunggu...
Dibbsastra
Dibbsastra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Minat saya adalah sebagai penulis cerpen, puisi, quotes, artikel, novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah di Bawah Bayang-Bayang Penjajah - Part 29

14 September 2024   05:25 Diperbarui: 14 September 2024   05:26 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perang dalam Terowongan

Raden dan pasukannya memasuki terowongan bawah tanah yang gelap, hanya diterangi oleh beberapa obor yang dibawa oleh para prajurit. Suara langkah kaki mereka bergema di sepanjang dinding terowongan, menciptakan suasana yang semakin tegang. Bagus berada di samping Raden, dengan napas teratur dan tangan yang sudah siap menggenggam senjata. Mereka tahu musuh sudah berada di dalam, berusaha untuk menerobos benteng dari arah yang tak terduga.

Suara dentuman keras terdengar dari kejauhan, diikuti oleh teriakan samar yang berasal dari bagian terdalam terowongan. Itu adalah tanda jelas bahwa musuh sedang bekerja keras untuk menghancurkan gerbang baja yang melindungi akses ke benteng dari bawah tanah. Jika mereka berhasil menembusnya, pasukan musuh akan membanjiri benteng dan menghancurkan semua yang ada di dalam.

"Raden, kita harus bergerak cepat!" seru Bagus dengan nada tegas, tatapannya tajam mengarah ke depan. "Jika mereka berhasil masuk, kita akan kehilangan benteng ini!"

Raden mengangguk cepat, menyadari bahwa waktu tidak lagi berpihak pada mereka. "Semua prajurit, bersiaplah! Kita akan menyerang mereka di tempat sempit ini. Gunakan ruang yang terbatas untuk keuntungan kita!"

Mereka terus maju, semakin dekat ke pusat keributan. Suara dentuman semakin keras, dan saat mereka berbelok di sudut terakhir, pemandangan yang mereka lihat membuat darah mereka mendidih. Pasukan musuh sedang berusaha mendobrak pintu baja terakhir yang memisahkan mereka dari benteng. Sekelompok prajurit musuh yang dipimpin oleh seorang komandan dengan wajah garang terus memukul-mukul pintu dengan palu besar, sementara prajurit lainnya menjaga daerah sekitar dengan ketat.

Raden memberikan sinyal kepada pasukannya untuk berhenti sejenak. Dalam kesunyian, ia memperhatikan musuh dengan cermat, mencari celah yang bisa dimanfaatkan. Terowongan ini sempit, dan jika mereka menyerang dari arah yang tepat, mereka bisa memojokkan musuh tanpa memberi mereka kesempatan untuk melarikan diri.

"Bagus," bisik Raden, "kita akan menyerang mereka dari dua sisi. Bawa sebagian prajurit dan bergerak di sepanjang dinding terowongan di sebelah kanan. Serang dari sana ketika aku memberikan aba-aba. Kita akan menjepit mereka."

Bagus mengangguk cepat, lalu dengan sigap memimpin sebagian prajurit untuk bergerak ke posisi yang ditentukan. Mereka bergerak tanpa suara, menggunakan bayangan untuk menyembunyikan diri dari pandangan musuh. Raden, di sisi lain, mempersiapkan sisa pasukannya untuk serangan frontal. Wajah-wajah tegang para prajurit menunggu aba-aba dari pemimpin mereka, sementara tangan mereka semakin erat menggenggam senjata.

Dentuman terakhir terdengar dari palu besar yang menghantam pintu baja, dan komandan musuh tampak tersenyum penuh kemenangan. Namun, senyuman itu tidak bertahan lama. Saat Raden memberikan isyarat, teriakan perang terdengar menggema di sepanjang terowongan, dan pasukan Raden menyerbu ke arah musuh dengan kekuatan penuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun