Mohon tunggu...
Dibbsastra
Dibbsastra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Minat saya adalah sebagai penulis cerpen, puisi, quotes, artikel, novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah di Bawah Bayang-Bayang Penjajah - Part 24

13 September 2024   20:18 Diperbarui: 13 September 2024   20:20 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam yang Menentukan

Suasana di dalam benteng berubah mencekam seiring dengan datangnya malam. Serangan musuh yang terus menerus siang hari itu telah membuat para pejuang di benteng Raden kelelahan. Namun, ketegangan belum berakhir. Mereka tahu bahwa malam ini akan menentukan apakah benteng mereka akan tetap berdiri atau jatuh di tangan penjajah.

Di puncak benteng, Raden berdiri dengan mata yang memandang ke kejauhan. Meski tampak tegar, hatinya dipenuhi kekhawatiran. Pertempuran ini tak lagi hanya tentang benteng, melainkan tentang harapan dan kebebasan rakyat yang selama ini dia lindungi. Suryo, yang setia berada di sampingnya, ikut memandangi gelapnya malam.

"Bagaimana menurutmu, Suryo? Apakah kita bisa bertahan?" tanya Raden, suaranya rendah namun tegas.

Suryo menghela napas panjang sebelum menjawab. "Kita sudah melakukan segala yang kita bisa, Raden. Pasukan kita kuat, tapi musuh terlalu besar dan terorganisir. Jika kita tidak mendapat bantuan segera, kita akan kewalahan."

Raden mengangguk, paham betul akan situasi mereka. Namun, menyerah bukanlah pilihan. Dia telah berjanji pada dirinya sendiri dan rakyatnya bahwa dia akan melawan hingga titik darah penghabisan. Malam itu, keputusan penting harus diambil. Dia memerintahkan seluruh pasukan untuk beristirahat sejenak, menyimpan tenaga untuk kemungkinan serangan di fajar. Tetapi dia juga mengirim beberapa pengintai untuk memastikan pergerakan musuh di malam hari, untuk mencegah kemungkinan serangan mendadak.

Di dalam benteng, suasana terasa tegang. Para prajurit mempersiapkan diri sebaik mungkin, mengencangkan pelindung, mengasah senjata, dan berbincang dengan rekan-rekan mereka tentang kemungkinan pertempuran yang akan datang. Masing-masing memendam harapan bahwa mereka akan bisa melihat matahari terbit esok hari, meskipun tahu bahwa nasib mereka mungkin tak seberuntung itu.

Pak Arif, yang dikenal bijaksana dan tenang, mendekati Raden. "Anak-anak muda ini, mereka bertempur dengan gagah berani," katanya sambil melihat ke arah pasukan. "Mereka bertempur bukan hanya untuk kemenangan, tapi untuk masa depan. Kita harus memastikan mereka memiliki kesempatan itu."

Raden mengangguk, memahami betul beratnya tanggung jawab di pundaknya. Dia telah berjuang bertahun-tahun, tapi perjuangan malam ini terasa berbeda. Ini adalah pertarungan hidup mati, bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk seluruh generasi yang akan datang.

Saat malam semakin larut, pengintai yang dikirim oleh Raden kembali dengan laporan penting. Mereka melihat pergerakan musuh yang mencurigakan di bagian barat benteng. Sekelompok pasukan musuh tampak bergerak mendekati tembok barat, berusaha memanfaatkan kegelapan untuk menyerang secara diam-diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun