Jebakan yang Mematikan
Hari mulai beranjak siang ketika debu dan asap kebakaran masih menggantung di udara, memberikan suasana suram di sekeliling benteng. Pasukan Raden, yang semalam berhasil membuat musuh mundur dengan kecerdikan mereka, kini mempersiapkan diri untuk serangan balasan. Di dalam benteng, ketegangan terasa jelas, namun kini ada secercah harapan yang lebih kuat di mata setiap prajurit.
Raden memutuskan untuk tidak membuang waktu. Dia tahu bahwa keberhasilan mereka semalam hanyalah langkah awal. Musuh, meski terpecah belah dan panik, masih memiliki kekuatan yang cukup untuk melancarkan serangan balik. Raden berkumpul bersama Suryo, Pak Arif, dan beberapa pemimpin lainnya untuk merencanakan langkah selanjutnya.
"Kita harus menggunakan momentum ini untuk mendorong mereka lebih jauh," ujar Raden, suaranya penuh keyakinan. "Tapi kita harus hati-hati. Musuh pasti akan mencoba menjebak kita jika kita terburu-buru."
Suryo, yang telah menunjukkan keberanian dan kecerdikannya dalam serangan semalam, mengangguk setuju. "Kita bisa memancing mereka keluar dari perlindungan mereka. Biarkan mereka berpikir bahwa kita lemah, lalu serang mereka ketika mereka lengah."
Pak Arif menambahkan, "Kita bisa menggunakan jebakan di sekitar area hutan. Mereka mungkin mengira hutan itu sudah aman setelah kebakaran, tapi kita bisa memasang jebakan di sana. Begitu mereka masuk, kita akan menjebak mereka dan menyerang dari segala arah."
Raden menyetujui rencana tersebut. Dengan hati-hati, mereka mempersiapkan jebakan di sekitar hutan yang menjadi batas antara benteng mereka dan pasukan musuh. Pasukan kecil dipilih untuk menyelinap keluar, memasang ranjau darat yang tersembunyi di antara dedaunan, memasang jebakan tali yang akan menjatuhkan pohon dan bebatuan, serta menggali lubang perangkap yang dalam.
Di sisi lain, Arya dan kelompoknya, yang masih berada di belakang garis musuh, melanjutkan tugas mereka untuk melemahkan suplai dan komunikasi musuh. Mereka bergerak dengan cepat, menyerang pos-pos kecil dan mengganggu pergerakan musuh, membuat mereka semakin kebingungan dan tidak tahu arah.
Sementara itu, musuh yang tersisa di seberang hutan mulai menunjukkan tanda-tanda pergerakan. Mereka telah menerima perintah dari komandan mereka untuk melancarkan serangan balik yang lebih besar dan lebih ganas. Mereka tidak bisa membiarkan benteng Raden tetap berdiri, apalagi setelah kekalahan yang memalukan semalam.
Sebelum matahari mencapai puncaknya, pasukan musuh mulai merangsek masuk ke dalam hutan, dengan harapan dapat mengejutkan Raden dan pasukannya. Mereka tidak menyadari bahwa setiap langkah yang mereka ambil telah diperhitungkan oleh Raden. Ketika pasukan musuh mencapai tengah hutan, jebakan pertama mulai aktif. Sebuah ledakan kecil menghancurkan barisan depan mereka, menciptakan kekacauan yang mematikan.