Mohon tunggu...
Dibbsastra
Dibbsastra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Minat saya adalah sebagai penulis cerpen, puisi, quotes, artikel, novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Kisah di Bawah Bayang-Bayang Penjajah - Part 20

12 September 2024   16:56 Diperbarui: 12 September 2024   16:59 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bayangan di Balik Pagi

Pagi yang baru menyingsing memberikan harapan segar, tetapi juga menghadirkan ketegangan yang tak terelakkan. Di dalam benteng yang masih berdiri kokoh setelah pertempuran sengit, Raden bangun lebih awal, menyaksikan matahari terbit dari balik bukit. Cahaya keemasan menerangi tanah yang basah oleh embun dan darah, mengingatkannya pada betapa rapuhnya perdamaian yang baru mereka capai.

Di halaman benteng, para prajurit mulai bergerak. Ada yang memperbaiki senjata, ada yang membersihkan reruntuhan, dan ada pula yang duduk berkelompok, berbicara pelan sambil menikmati makanan sederhana. Suasana pagi itu terasa tenang, namun di bawah permukaannya, ada kegelisahan yang menggeliat. Setiap orang tahu bahwa ketenangan ini hanya sementara.

Suryo, yang bertanggung jawab atas pertahanan benteng selama Raden pergi ke barat, datang menemui Raden di atas tembok benteng. Wajahnya yang keras menunjukkan sedikit kelegaan setelah malam yang penuh ketegangan, tetapi matanya tetap waspada.

"Raden, laporan dari para pengintai menunjukkan bahwa pasukan musuh tampaknya sedang berkumpul di beberapa titik," kata Suryo tanpa basa-basi. "Mereka belum bergerak, tetapi kita harus bersiap."

Raden mengangguk, mengamati cakrawala di mana awan kelabu mulai berkumpul. "Mereka sedang mengatur kekuatan mereka. Ini belum selesai. Kita harus memperkuat pertahanan dan memastikan bahwa semua orang siap untuk serangan kapan saja."

Mereka berdua kemudian turun dari tembok benteng, berjalan menuju pusat benteng di mana para pemimpin pasukan sudah berkumpul. Raden memberikan instruksi dengan cepat dan tegas. Setiap sudut benteng harus dipantau, setiap celah harus ditutup. Mereka tidak bisa membiarkan musuh menemukan titik lemah.

Pak Arif, yang dikenal sebagai salah satu penasehat terbaik, mendekati Raden. "Aku punya usulan, Raden. Jika kita terus bertahan di sini, kita mungkin bisa menghadapi mereka dengan cara yang tak terduga."

Raden menatap Pak Arif dengan minat. "Apa yang kau pikirkan?"

"Kita bisa mengirim pasukan kecil untuk menyusup ke belakang garis musuh," jawab Pak Arif. "Dengan begitu, kita bisa mengganggu suplai mereka, atau bahkan memaksa mereka untuk mundur sementara. Ini memang berisiko, tapi bisa memberi kita waktu."

Raden memikirkan ide itu dengan serius. Serangan dari belakang memang berisiko, tapi itu bisa mengejutkan musuh dan membuat mereka kacau. Namun, ini juga berarti mengorbankan beberapa prajurit terbaik mereka untuk misi yang tidak pasti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun