Mohon tunggu...
Dibbsastra
Dibbsastra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Minat saya adalah sebagai penulis cerpen, puisi, quotes, artikel, novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah di Bawah Bayang-bayang Penjajah - Part 19

12 September 2024   14:50 Diperbarui: 12 September 2024   14:53 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam waktu singkat, pasukan Raden sudah siap untuk berangkat. Mereka membawa perbekalan secukupnya, mengingat bahwa kecepatan adalah kunci dalam misi ini. Setiap pejuang mengerti betapa pentingnya misi ini, dan mereka siap mengorbankan apa saja demi melindungi tanah mereka.

Perjalanan menuju barat dimulai dengan cepat. Raden memimpin pasukan dengan tekad yang kuat, meskipun dalam hati dia tahu bahwa pertempuran yang akan mereka hadapi bisa menjadi yang paling berat. Dia memikirkan keluarganya, tanah airnya, dan semua orang yang bergantung padanya untuk membawa kemenangan.

Di sepanjang perjalanan, pasukan Raden menghadapi berbagai rintangan. Hutan yang mereka lalui dipenuhi dengan binatang buas dan medan yang sulit, tetapi semangat juang mereka tidak goyah. Mereka tahu bahwa setiap detik sangat berharga, dan mereka tidak boleh kehilangan waktu.

Ketika mereka akhirnya tiba di dataran tinggi yang menghadap benteng di wilayah barat, pemandangan yang mereka lihat sangat mencemaskan. Benteng itu dikelilingi oleh pasukan musuh yang jumlahnya jauh lebih besar. Asap mengepul dari beberapa bagian benteng yang sudah terbakar akibat serangan musuh.

Raden segera memerintahkan pasukannya untuk mendekat dengan hati-hati. Mereka harus memilih waktu yang tepat untuk menyerang agar bisa memberikan dampak maksimal. Raden memutuskan untuk menyerang saat malam tiba, ketika musuh mungkin mulai lengah.

Malam itu, pasukan Raden bersiap di pinggiran hutan yang mengelilingi benteng. Mereka bisa melihat pasukan musuh yang berjaga-jaga di sekitar benteng, tetapi mereka tahu bahwa dengan serangan yang terkoordinasi dengan baik, mereka bisa mematahkan pengepungan ini.

Ketika bulan mulai naik di langit, Raden memberikan tanda untuk memulai serangan. Pasukannya bergerak maju dalam diam, memanfaatkan kegelapan malam untuk mendekati musuh. Mereka tahu bahwa mereka harus bertindak cepat dan tepat.

Serangan dimulai dengan serbuan panah dari pasukan pemanah Raden, yang menghujani musuh dengan tembakan dari kejauhan. Panik mulai melanda pasukan musuh, dan mereka mulai membalas dengan tembakan panah mereka sendiri. Dalam kekacauan ini, Raden memerintahkan pasukannya untuk maju dan menyerang dari segala sisi.

Pertempuran sengit pecah di sekitar benteng. Pasukan Raden berjuang dengan gigih untuk membuka jalan menuju benteng dan mengalahkan pasukan musuh. Raden sendiri berada di garis depan, memimpin serangan dengan pedang di tangannya. Keberaniannya memberikan semangat tambahan bagi pasukannya, yang bertarung mati-matian untuk melindungi tanah mereka.

Sementara itu, di dalam benteng, para pejuang yang tersisa berusaha keras untuk mempertahankan posisi mereka. Mereka melihat bahwa bantuan telah datang dan mulai menyerang balik dengan penuh semangat. Benteng yang sebelumnya hampir jatuh kini mulai bangkit kembali.

Setelah pertempuran yang panjang dan melelahkan, pasukan Raden akhirnya berhasil mematahkan pengepungan musuh. Musuh yang tersisa mulai melarikan diri, meninggalkan benteng yang sudah hancur sebagian. Kemenangan ini diraih dengan pengorbanan besar, tetapi Raden tahu bahwa mereka telah berhasil menyelamatkan benteng ini dari kehancuran total.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun