Panggilan Darurat
Setelah kemenangan gemilang di benteng musuh, Raden dan pasukannya kembali ke markas utama dengan membawa semangat yang membara. Namun, mereka tidak bisa beristirahat lama. Keadaan di berbagai front semakin genting, dan pertempuran belum usai.
Sebuah pesan darurat tiba di markas utama pada pagi hari. Utusan itu datang dengan napas terengah-engah, jelas menunjukkan bahwa dia telah melakukan perjalanan jauh dan cepat. Pesan itu berasal dari wilayah barat, di mana salah satu benteng terakhir yang dikuasai oleh pejuang pribumi sedang dikepung oleh pasukan musuh yang besar.
Raden segera mengumpulkan para pemimpin pasukannya untuk mendiskusikan situasi. Peta besar yang terhampar di meja menunjukkan posisi benteng-benteng dan pasukan mereka. Benteng yang dimaksud berada di dataran tinggi, sebuah titik strategis yang mengontrol jalur suplai penting. Kehilangan benteng itu berarti musuh akan mendapatkan akses mudah untuk menyerang wilayah inti para pejuang.
"Benteng ini sangat penting," kata Raden dengan nada serius. "Jika kita kehilangannya, kita akan berada dalam posisi yang sangat lemah. Musuh akan bisa menduduki wilayah-wilayah strategis lainnya, dan kita akan dipaksa mundur."
Pak Arif, dengan kerut di dahinya, memandang peta dengan saksama. "Kita harus mengirim bantuan secepat mungkin. Tetapi kita juga tidak bisa meninggalkan benteng yang baru kita rebut tanpa pertahanan yang kuat."
Raden menyadari dilema yang dihadapi. Di satu sisi, mereka harus memperkuat pertahanan benteng yang baru saja direbut untuk mencegah serangan balasan musuh. Di sisi lain, mereka tidak bisa mengabaikan panggilan darurat dari wilayah barat. Kedua keputusan ini sangat penting dan membutuhkan perhitungan yang matang.
"Kita akan membagi pasukan kita lagi," Raden memutuskan. "Suryo, kau akan memimpin sebagian pasukan untuk mempertahankan benteng ini. Kau tahu medan dan kekuatan musuh di sini, jadi aku percayakan pertahanan benteng ini kepadamu."
Suryo mengangguk, memahami tanggung jawab besar yang diberikan kepadanya. "Aku akan memastikan benteng ini tetap berada di tangan kita. Jangan khawatir."
Raden melanjutkan, "Aku akan memimpin pasukan lain ke barat untuk membantu pertahanan benteng di sana. Kita harus bergerak cepat sebelum musuh mengerahkan seluruh kekuatan mereka."
Dengan rencana ini, mereka segera membagi pasukan dan mulai bersiap untuk bergerak. Pasukan yang akan menuju barat harus berjalan melewati hutan lebat dan menyeberangi sungai-sungai yang deras. Perjalanan ini tidak akan mudah, dan mereka harus berhadapan dengan musuh yang lebih besar dalam jumlah.