Pertempuran sengit terjadi di depan gerbang benteng. Para pejuang bertempur dengan gigih, mempertahankan setiap jengkal tanah mereka. Raden turun dari menara pengawas dan bergabung dengan para pejuang di garis depan, pedangnya terayun dengan penuh tenaga, menebas setiap musuh yang mendekat.
Pak Arif dan beberapa pejuang lainnya menjaga pintu masuk ke ruang strategi, memastikan bahwa tidak ada musuh yang berhasil menyusup lebih dalam ke dalam benteng. Mereka tahu bahwa jika musuh berhasil menembus pertahanan pertama, maka keselamatan para penduduk dan persediaan penting akan berada dalam bahaya besar.
Di tengah hiruk-pikuk pertempuran, Raden melihat panglima musuh yang dengan angkuh berdiri di tengah medan, memerintahkan pasukannya dengan lantang. Raden memutuskan bahwa jika panglima ini bisa ditundukkan, moral pasukan musuh akan runtuh. Ia kemudian mulai bergerak mendekati panglima itu, memotong jalan melalui prajurit-prajurit musuh dengan kecepatan dan ketangkasan yang luar biasa.
Suryo, yang melihat Raden bergerak menuju panglima musuh, memutuskan untuk mendukungnya. Ia bergerak cepat, mengalahkan musuh-musuh di sekitarnya, memberikan jalan bagi Raden untuk mencapai panglima musuh tanpa gangguan. Keduanya kini berada di dekat panglima tersebut, dan Raden mengarahkan pedangnya dengan penuh tekad.
Pertarungan satu lawan satu pun terjadi antara Raden dan panglima musuh. Keduanya adalah petarung yang berpengalaman, saling mengukur kekuatan dan kemampuan masing-masing. Pedang mereka beradu dengan kekuatan yang dahsyat, menghasilkan suara logam yang memekakkan telinga.
Pertarungan ini tidak hanya menjadi pusat perhatian di medan perang, tetapi juga menjadi simbol dari pertempuran yang lebih besar antara dua kekuatan yang bertarung untuk nasib tanah yang mereka perebutkan. Setiap gerakan Raden penuh dengan ketepatan, dan meskipun panglima musuh adalah lawan yang tangguh, ia tidak bisa menandingi semangat dan keberanian Raden yang berjuang untuk tanah airnya.
Dengan satu tebasan cepat yang tak terduga, Raden berhasil melukai panglima musuh di lengan kanannya, membuatnya kehilangan keseimbangan. Melihat kesempatan ini, Raden melanjutkan serangannya dengan dorongan kuat, memaksa panglima musuh mundur beberapa langkah. Pada akhirnya, dengan serangan yang menentukan, Raden menjatuhkan panglima musuh dan mengarahkan pedangnya ke leher sang panglima.
Pasukan musuh, yang melihat panglima mereka jatuh, mulai kehilangan semangat. Mereka mundur secara bertahap, meninggalkan medan perang dengan kekacauan. Para pejuang di benteng tidak membiarkan mereka pergi begitu saja. Suryo dan yang lainnya mengejar mereka, memastikan bahwa musuh tidak akan kembali dalam waktu dekat.
Pertempuran itu, meskipun sulit, berhasil dimenangkan oleh para pejuang. Dengan panglima musuh tertawan, mereka memiliki keuntungan strategis yang besar. Raden memerintahkan agar panglima musuh dirawat, bukan untuk menunjukkan belas kasihan, tetapi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang rencana musuh ke depannya.
Kemenangan ini memberikan semangat baru bagi para pejuang dan penduduk desa. Mereka telah menunjukkan bahwa dengan persatuan dan keberanian, mereka mampu mengalahkan musuh yang tampak lebih kuat. Namun, mereka juga tahu bahwa perjuangan ini belum selesai. Musuh yang mereka kalahkan hanyalah bagian dari kekuatan yang lebih besar, dan mereka harus tetap waspada untuk pertempuran-pertempuran berikutnya.
Benteng itu, meskipun sebagian hancur, masih berdiri teguh sebagai simbol perlawanan mereka. Para pejuang mulai memperbaiki kerusakan, bersiap untuk hari-hari berikutnya yang mungkin akan membawa lebih banyak tantangan.