Mohon tunggu...
Dibbsastra
Dibbsastra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Minat saya adalah sebagai penulis cerpen, puisi, quotes, artikel, novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah di Bawah Bayang-Bayang Penjajah - Part 4

11 September 2024   00:36 Diperbarui: 11 September 2024   00:44 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perangkap Musuh

Setelah eksekusi Guntur, suasana di desa semakin tegang. Penjajah memperketat pengawasan, dan setiap gerakan yang mencurigakan langsung mendapatkan perhatian. Raden dan kelompoknya menyadari bahwa tindakan mereka telah memancing kemarahan musuh, tetapi juga menumbuhkan keberanian di antara penduduk desa. Namun, mereka tahu bahwa perlawanan ini akan semakin berat dan penuh dengan bahaya.

Raden duduk di pinggir sungai yang mengalir di belakang desa, merenungi langkah-langkah yang telah diambil dan pengorbanan yang telah dibuat. Keberanian Guntur, serta kekejaman yang dilakukan penjajah, semakin memperkuat tekadnya untuk melanjutkan perjuangan. Namun, dia juga sadar bahwa mereka tidak bisa lagi bertindak gegabah. Mereka harus lebih cermat, lebih pintar, dan lebih terorganisir.

Saat malam mulai menyelimuti desa, Raden memanggil Suryo, Yuda, dan anggota kelompok lainnya ke tempat persembunyian mereka di hutan. Wajah-wajah mereka dipenuhi oleh campuran tekad dan ketakutan, tetapi mereka tetap berdiri tegak, siap mendengar arahan dari pemimpin mereka.

"Kita harus berubah," Raden memulai dengan nada serius. "Penjajah semakin waspada, dan mereka tidak akan membiarkan serangan kita berikutnya berjalan dengan mudah. Kita perlu memikirkan cara lain untuk mengganggu mereka tanpa harus mengorbankan nyawa lebih banyak."

Suryo, yang selalu menjadi otak taktik kelompok itu, mengangguk. "Kita bisa memanfaatkan kelemahan mereka. Penjajah cenderung menganggap remeh kita, menganggap kita hanya petani tak berpendidikan. Tapi itu bisa menjadi keuntungan kita. Mereka tidak akan mengira bahwa kita mampu melakukan sesuatu yang lebih cerdik."

Raden mengangguk setuju. "Benar, kita harus memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Kita tahu bahwa mereka menyimpan logistik dan persenjataan di gudang utama dekat kota. Jika kita bisa mengalihkan perhatian mereka ke arah lain, kita bisa menghancurkan gudang itu tanpa mereka sadari."

Yuda, yang biasanya menjadi yang paling pendiam, angkat bicara. "Tapi bagaimana kita bisa mengalihkan perhatian mereka? Penjajah pasti akan memeriksa setiap gerakan kita dengan lebih teliti sekarang."

Raden tersenyum tipis, menunjukkan bahwa dia sudah memikirkan hal itu. "Kita akan memanfaatkan rumor dan informasi palsu. Kita sebarkan berita bahwa akan ada serangan besar-besaran di salah satu pos terdepan mereka di sisi lain desa. Suryo, kamu yang bertanggung jawab untuk memastikan rumor ini sampai ke telinga mereka."

Suryo menyetujui rencana itu. Mereka akan menyusupkan informasi palsu melalui jaringan mata-mata yang mereka miliki di pasar desa. Penjajah sering kali mengirimkan mata-mata mereka untuk mencari tahu apa yang direncanakan penduduk desa, dan Suryo akan memastikan bahwa informasi palsu itu terdengar kredibel.

Setelah mereka sepakat dengan rencana tersebut, Raden memberikan instruksi terakhir. "Kita akan bergerak saat mereka lengah. Begitu mereka mengerahkan pasukan ke pos yang kita sebutkan, kita akan menyerang gudang utama mereka. Namun, kita harus bergerak cepat dan tepat. Kita tidak bisa membiarkan satu kesalahan pun terjadi."

Malam itu, Suryo mulai menyebarkan rumor tentang serangan besar yang akan datang. Melalui percakapan di pasar, di warung kopi, dan bahkan di antara anak-anak, informasi ini menyebar seperti api di ladang kering. Penjajah yang mendengar berita tersebut mulai cemas dan segera meningkatkan pengawasan di pos yang disebutkan. Mereka mengerahkan pasukan tambahan dan mempersiapkan pertahanan, tanpa menyadari bahwa mereka sedang dimanipulasi.

Sementara itu, Raden dan kelompoknya mempersiapkan diri untuk serangan mereka. Dengan peralatan sederhana yang mereka miliki, mereka mempersenjatai diri dengan apa yang bisa ditemukan. Obor, parang, dan jebakan sederhana menjadi alat utama mereka. Mereka tahu bahwa ini adalah kesempatan emas, dan mereka harus memanfaatkannya sebaik mungkin.

Saat malam tiba, penjajah mulai mengarahkan perhatian mereka ke pos terdepan yang disebutkan dalam rumor. Sebagian besar pasukan yang ditempatkan di sekitar gudang utama ditarik untuk memperkuat pertahanan di sana. Raden dan kelompoknya, yang telah bersembunyi di dekat gudang, melihat ini sebagai sinyal untuk bergerak.

Dengan kehati-hatian dan koordinasi yang teliti, mereka mendekati gudang yang sekarang hanya dijaga oleh beberapa serdadu saja. Serangan mereka berlangsung dengan cepat dan tanpa banyak perlawanan. Beberapa penjaga yang tersisa terkejut dengan serangan mendadak ini, dan dalam hitungan menit, mereka berhasil melumpuhkan penjaga tersebut.

Raden, dengan tangan gemetar namun penuh tekad, menyalakan obor dan melemparkannya ke dalam gudang. Api segera menyebar, melahap peti-peti senjata dan suplai yang ada di dalamnya. Dalam sekejap, gudang tersebut menjadi lautan api, dan Raden merasakan campuran kepuasan dan kesedihan. Mereka telah berhasil lagi, tetapi dia tahu bahwa perlawanan ini masih jauh dari selesai.

Saat mereka kembali ke hutan untuk berlindung, suara ledakan terdengar dari kejauhan. Itu adalah suara amunisi dan senjata yang meledak akibat api yang berkobar. Para penjajah yang terlambat menyadari apa yang terjadi hanya bisa melihat dari kejauhan ketika gudang mereka hancur berkeping-keping.

Keesokan harinya, desa kembali gempar dengan berita tentang kehancuran gudang utama penjajah. Penduduk desa yang mulai kehilangan harapan kini merasa bahwa ada kekuatan yang terus berjuang untuk mereka. Namun, di sisi lain, penjajah semakin marah dan mulai merencanakan balas dendam.

Raden dan kelompoknya tahu bahwa mereka telah menyalakan api perlawanan yang lebih besar. Mereka juga menyadari bahwa musuh mereka tidak akan tinggal diam. Perangkap yang mereka pasang berhasil, tetapi mereka harus siap menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka.

Dengan hati yang berat namun penuh tekad, Raden mempersiapkan kelompoknya untuk babak berikutnya dalam perjuangan mereka. Mereka tahu bahwa setiap langkah ke depan akan semakin sulit, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka tidak bisa berhenti sekarang. Jalan menuju kebebasan dipenuhi dengan duri, tetapi mereka siap menghadapinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun