Mohon tunggu...
Dibbsastra
Dibbsastra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Minat saya adalah sebagai penulis cerpen, puisi, quotes, artikel, novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah di Bawah Bayang-Bayang Penjajah - Part 3

10 September 2024   23:31 Diperbarui: 10 September 2024   23:35 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengorbanan Pertama

Perlawanan yang dimulai oleh Raden dan kelompoknya mulai menunjukkan dampaknya di desa. Gudang suplai yang terbakar menyebarkan ketakutan di antara para penjajah, dan penduduk desa mulai melihat secercah harapan di tengah penindasan. Namun, Raden tahu bahwa perlawanan ini bukan tanpa risiko. Mereka harus menghadapi musuh yang jauh lebih kuat dan siap melakukan apa saja untuk mempertahankan kekuasaan mereka.

Hari-hari setelah pembakaran gudang itu penuh dengan ketegangan. Penjajah semakin brutal dalam usahanya untuk menemukan pelaku. Rumah-rumah penduduk digeledah, orang-orang diinterogasi dengan keras, dan rasa takut kembali menyelimuti desa. Namun, di balik ketegangan itu, semangat perlawanan tetap berkobar.

Raden menyadari bahwa kelompoknya perlu melangkah lebih jauh. Mereka harus mengguncang musuh dengan lebih banyak serangan, namun kali ini, mereka membutuhkan strategi yang lebih matang. Raden mulai memikirkan langkah berikutnya dengan hati-hati, mempertimbangkan setiap kemungkinan dan risiko yang akan dihadapi.

Pada suatu malam, Raden mengumpulkan kembali teman-temannya di tempat yang sama seperti sebelumnya, di pondok kecil di tepi hutan. Wajah-wajah mereka serius, penuh dengan tekad dan kekhawatiran. Mereka tahu bahwa tindakan berikutnya akan jauh lebih berbahaya daripada yang sebelumnya.

"Teman-teman," Raden memulai, suaranya rendah tapi penuh kekuatan, "kita berhasil mengirim pesan kepada penjajah bahwa kita tidak akan tunduk begitu saja. Namun, ini baru permulaan. Kita perlu menunjukkan bahwa kita bisa melakukan lebih dari sekadar membakar gudang mereka."

Suryo, yang sejak awal menjadi pendukung setia Raden, menatapnya dengan mata penuh keyakinan. "Apa rencanamu, Raden? Kita siap melakukan apa saja."

Raden mengangguk. "Kali ini, kita akan menyerang salah satu pos militer mereka di pinggir desa. Pos itu menjadi pusat pengawasan mereka, dan jika kita berhasil menghancurkannya, kita akan memukul mereka lebih keras lagi. Tapi kita harus sadar, ini akan lebih berisiko, dan kemungkinan kita tertangkap jauh lebih besar."

Kelompok itu terdiam sejenak, merenungkan bahaya yang mereka hadapi. Namun, tidak ada seorang pun yang mundur. Keinginan untuk membebaskan desa mereka dari cengkeraman penjajah lebih besar daripada rasa takut yang mereka rasakan. Setelah mendiskusikan rencana dengan rinci, mereka memutuskan untuk melancarkan serangan pada malam berikutnya, saat penjagaan di pos militer sedikit lebih longgar.

Malam itu, Raden dan kelompoknya bergerak dalam diam. Mereka mengenakan pakaian gelap dan menggunakan hutan sebagai pelindung untuk mendekati pos militer yang terletak di tepi desa. Pos itu dijaga oleh beberapa serdadu penjajah yang bersenjata lengkap, namun mereka tidak menyangka akan adanya serangan mendadak dari penduduk desa yang tampak tak berdaya.

Dengan cermat, Raden memimpin kelompoknya mendekati pos tersebut. Mereka menggunakan jebakan-jebakan sederhana yang dibuat dari alat-alat yang ada di desa untuk melumpuhkan para penjaga. Seorang penjaga jatuh ke dalam lubang yang ditutupi dedaunan, sementara yang lain terjebak oleh tali yang diikatkan ke pohon-pohon sekitar. Dalam hitungan menit, mereka berhasil melumpuhkan penjaga tanpa menimbulkan keributan yang besar.

Setelah penjaga berhasil dilumpuhkan, Raden memberi isyarat kepada teman-temannya untuk mulai merusak pos tersebut. Mereka melemparkan minyak dan obor ke arah bangunan kayu, memulai kebakaran yang segera melahap pos militer itu. Api berkobar dengan cepat, dan dalam sekejap, pos tersebut menjadi lautan api yang menerangi malam.

Namun, keberhasilan ini tidak datang tanpa pengorbanan. Salah satu anggota kelompok, seorang pemuda bernama Guntur, tertangkap oleh penjaga yang tersisa saat mereka mencoba melarikan diri. Raden, yang melihat kejadian itu dari kejauhan, merasa hatinya hancur. Dia tahu bahwa menyelamatkan Guntur saat ini tidak mungkin tanpa mengorbankan seluruh kelompok. Dengan berat hati, dia memutuskan untuk mundur, meninggalkan Guntur di tangan musuh.

Pagi harinya, desa kembali gempar. Pos militer yang hancur dan api yang masih menyala menjadi saksi bisu dari perlawanan yang terus berlanjut. Namun, berita tentang penangkapan Guntur juga menyebar dengan cepat. Penjajah, yang marah besar, mengumumkan bahwa Guntur akan dieksekusi sebagai peringatan bagi siapa saja yang berani melawan mereka.

Raden dan kelompoknya diliputi perasaan bersalah dan duka. Mereka tahu bahwa Guntur adalah pahlawan, namun kehilangan salah satu dari mereka begitu cepat adalah pukulan yang berat. Raden, terutama, merasa sangat bersalah karena dia yang memimpin serangan itu. Namun, dia juga tahu bahwa mereka tidak bisa berhenti sekarang. Perjuangan mereka baru saja dimulai, dan setiap pengorbanan akan menjadi batu pijakan menuju kebebasan.

Eksekusi Guntur dilakukan di depan umum, di tengah lapangan desa. Penjajah berharap ini akan menghentikan perlawanan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Penduduk desa yang menyaksikan eksekusi itu mulai menyimpan kemarahan yang membara di hati mereka. Raden, yang menyaksikan dari kejauhan, berjanji pada dirinya sendiri bahwa Guntur tidak akan mati sia-sia.

Dengan semakin kuatnya semangat perlawanan, Raden tahu bahwa mereka harus merencanakan serangan berikutnya dengan lebih hati-hati. Mereka harus belajar dari kesalahan dan memastikan bahwa setiap tindakan mereka membawa dampak yang lebih besar terhadap penjajah. Dan di atas segalanya, mereka harus memastikan bahwa pengorbanan Guntur tidak akan sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun