Bulan-bulan yang berlalu setelah pertarungan di Gunung Kuno telah membawa banyak perubahan, baik di dalam diri Alena maupun di seluruh Kerajaan Cahaya. Rakyat yang dulunya hidup dalam ketakutan kini menjalani hari-hari mereka dengan penuh sukacita dan harapan. Ladang-ladang kembali subur, sungai-sungai mengalir jernih, dan langit selalu cerah, seolah menyambut setiap fajar dengan kehangatan yang baru.
Alena, yang dulunya merasa terbebani oleh takdirnya, kini telah tumbuh menjadi sosok pemimpin yang tak tergoyahkan. Setiap hari ia memulai dengan meditasi di depan "Cahaya Kehidupan" yang disimpan di ruang takhta kerajaan. Cahaya itu tidak hanya menjadi sumber perlindungan bagi rakyatnya, tetapi juga menjadi pengingat bagi Alena akan tanggung jawab besar yang diembannya. Dalam keheningan meditasi itu, Alena sering merasakan kehadiran leluhur-leluhurnya, terutama Nyx, yang suaranya kadang terdengar membimbingnya dalam keputusan-keputusan penting.
Cedric tetap setia di sisinya, menjadi pelindung dan teman yang setia. Meskipun luka fisiknya dari pertempuran telah sembuh, Cedric tahu bahwa dunia tidak akan pernah sepenuhnya bebas dari ancaman. Ia terus berlatih bersama para prajurit kerajaan, memastikan bahwa jika ada bahaya yang mengancam, ia siap berdiri di garis depan bersama Alena.
Suatu pagi, Alena memutuskan untuk berjalan di sekitar desa terdekat, sebuah kebiasaan yang mulai sering ia lakukan sejak menjadi pelindung kerajaan. Dengan jubah putih yang melambai-lambai lembut tertiup angin, Alena berjalan tanpa ditemani para penjaga, merasa nyaman di tengah rakyatnya. Ia berhenti di pasar yang ramai, di mana penjual buah dan sayuran menyapanya dengan penuh hormat. Anak-anak kecil berlarian di antara kerumunan, dan para orang tua menatapnya dengan rasa bangga.
"Putri Alena," panggil seorang pria tua sambil membungkuk hormat, "terima kasih atas keberanianmu. Kami berutang kehidupan yang damai ini padamu."
Alena tersenyum lembut dan menjawab dengan rendah hati, "Keberanian itu datang dari kita semua. Aku hanya melakukan bagianku, tetapi kita semua, bersama-sama, menjaga kerajaan ini tetap terang."
Di balik senyumnya, Alena selalu waspada. Ia tahu betul bahwa ketenangan seperti ini bisa saja diselingi oleh ancaman yang tidak terduga. Sebagai penjaga Cahaya Kehidupan, ia telah belajar bahwa dunia ini selalu berada dalam keseimbangan yang rapuh antara terang dan gelap. Oleh karena itu, ia tak pernah lengah dalam menjaga kerajaan.
Suatu malam, ketika bulan bersinar penuh di langit dan bintang-bintang berkelip terang, Alena berdiri di balkon istananya, merasakan angin malam yang sejuk. Pandangannya tertuju jauh ke cakrawala, melewati batas kerajaan. Di kejauhan, gunung-gunung yang dulunya diliputi kegelapan sekarang tampak damai dan tenang, namun hati Alena tetap waspada.
Saat itulah, di tengah kesunyian malam, suara lembut yang sangat ia kenali kembali bergema di kepalanya. Itu adalah suara Nyx, sosok misterius yang telah membimbingnya sejak awal perjalanannya.