Setelah menerima sambutan hangat dari orang tuanya, Alena tahu bahwa tugas besar yang menunggunya adalah mengembalikan "Cahaya Kehidupan" ke tempat yang seharusnya---di altar suci yang berada di pusat istana. Malam itu, seluruh kerajaan berkumpul di halaman besar istana, di mana sebuah upacara sakral telah disiapkan.
Altar besar di tengah-tengah lapangan dikelilingi oleh pilar-pilar batu yang dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno yang menceritakan sejarah leluhur Kerajaan Cahaya. Di atas altar, bunga-bunga putih yang harum mengelilingi lilin-lilin besar yang berkedip-kedip, menerangi suasana malam yang tenang. Di tangan Alena, "Cahaya Kehidupan" bersinar lembut, namun kekuatannya terasa hingga ke seluruh penjuru kerajaan.
Alena berdiri di hadapan altar, dan semua mata tertuju padanya. Para bangsawan, rakyat jelata, prajurit, hingga para pemimpin dari berbagai daerah yang datang untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Raja Andros dan Ratu Selene berdiri di belakang Alena, memberikan restu dan dukungan mereka.
Dengan tangan yang mantap, Alena mengangkat artefak itu, dan cahaya di dalamnya mulai berdenyut, seolah merespon kehadiran altar suci. "Hari ini," kata Alena dengan suara tegas yang menggema di seluruh lapangan, "aku mengembalikan "Cahaya Kehidupan" ke tempat yang seharusnya. Cahaya ini adalah warisan leluhur kita, dan selama kita menjaga kebaikan dalam hati kita, cahaya ini akan melindungi kita semua dari kegelapan."
Dengan gerakan penuh hormat, Alena menempatkan "Cahaya Kehidupan" di atas altar. Sesaat setelah artefak itu menyentuh permukaan altar, ledakan cahaya yang lembut namun penuh kekuatan menyebar ke segala arah. Langit malam yang sebelumnya gelap berubah terang seketika, dan rakyat yang menyaksikan tidak bisa menahan sorak-sorai kegembiraan mereka. Cahaya itu memancar tinggi ke langit, mengelilingi kerajaan dengan perlindungan yang tak terlihat namun terasa kuat.
Alena menundukkan kepala, merasa beban yang telah lama ia pikul akhirnya terangkat. Namun, di balik semua sukacita ini, Alena sadar bahwa tanggung jawabnya baru dimulai. "Cahaya Kehidupan" mungkin telah kembali ke tempatnya, tetapi ancaman kegelapan tidak akan pernah benar-benar lenyap. Ia tahu bahwa dunia ini membutuhkan penjaga yang kuat dan bijaksana---seseorang yang siap memimpin dengan hati yang penuh cahaya dan keberanian.
Raja Andros melangkah maju dan menepuk pundak Alena. "Kerajaan ini telah aman berkatmu, Putriku. Namun, aku tahu kau juga merasakan apa yang kurasakan. Tugas kita sebagai pelindung belum selesai."
Alena mengangguk, menatap "Cahaya Kehidupan" yang kini bersinar dengan damai di altar. "Aku akan menjaga keseimbangan ini, Ayah. Kegelapan mungkin akan selalu ada, tetapi selama kita berdiri bersama, cahaya kita tidak akan pernah padam."
Dan dengan itu, malam perayaan dimulai. Alena dan Cedric disambut sebagai pahlawan, namun di dalam hati mereka, mereka tahu bahwa perjalanan mereka belum benar-benar selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H