"Tidak! Ini tidak mungkin!" raung Morgath, namun suaranya semakin melemah. "Aku adalah Penguasa Kegelapan! Aku tidak bisa kalah!" Teriakan terakhirnya menggema di udara saat tubuhnya benar-benar lenyap, meninggalkan keheningan yang mendalam di puncak gunung.
Dalam hitungan detik, kegelapan yang selama ini menyelimuti Gunung Kuno hilang sepenuhnya, tersapu oleh cahaya yang kini menguasai tempat itu. Tanah yang tadinya bergetar mulai tenang, dan langit di atas mereka kembali cerah. Angin yang tadinya berhembus keras kini berubah menjadi lembut, seolah menyambut kemenangan cahaya atas kegelapan.
Cedric, yang terluka parah akibat serangan sebelumnya, menatap pemandangan di depannya dengan takjub. Ia tak bisa berkata-kata, menyaksikan bagaimana Alena, dengan kekuatannya sendiri, berhasil mengalahkan Morgath, sesuatu yang ia sendiri tak pernah bayangkan bisa terjadi.
"Kau melakukannya, Putri..." gumam Cedric, suaranya parau dan lemah.
Alena menoleh ke arahnya dan tersenyum lelah. Meski tubuhnya terasa seperti habis dikuras, ia merasakan kedamaian di dalam hatinya. Cahaya Kehidupan masih berkilauan di altar, menunggu untuk diambil. Tapi Alena tahu, tugasnya belum selesai. "Ini belum berakhir, Cedric," jawabnya lembut, namun penuh tekad. "Kita masih harus mengembalikan Cahaya Kehidupan ke kerajaan. Tanpa itu, kemenangan ini belum lengkap."
Cedric mencoba berdiri meski kesakitan, namun ia tetap memaksakan diri untuk bangkit. "Aku akan tetap di sisimu, Putri. Sejauh apa pun perjalanan kita, aku akan mendampingimu sampai akhir."
Alena menghampirinya, membantu Cedric berdiri. Ia menatap altar yang bersinar dengan keyakinan baru. "Morgath mungkin telah kalah, tetapi kegelapan belum sepenuhnya lenyap. Kita harus memastikan Cahaya Kehidupan kembali ke tempatnya, di mana ia bisa melindungi dunia ini dari ancaman seperti Morgath."
Dengan hati-hati, Alena mendekati altar, tempat Cahaya Kehidupan berkilauan di tengah pilar-pilar batu. Setiap langkah terasa seperti sebuah penegasan, bahwa inilah saatnya takdirnya benar-benar terwujud. Cahaya Kehidupan berdenyut perlahan, seolah merespons kehadiran Alena. Ketika ia mencapai altar, ia mengulurkan tangannya, merasakan kehangatan dari artefak itu menyebar ke seluruh tubuhnya.
"Dengan ini," bisiknya, "kedamaian akan kembali."
Saat Alena mengangkat Cahaya Kehidupan, sebuah sinar terang yang murni memancar dari artefak itu, menyelimuti seluruh puncak gunung dalam cahaya yang menyilaukan. Ini adalah cahaya harapan, cahaya kehidupan yang telah mereka perjuangkan sejak awal.
Mereka berdua berdiri di sana, dikelilingi oleh keindahan alam yang baru saja terbebas dari kegelapan. Gunung Kuno, yang tadinya penuh dengan aura menyeramkan, kini dipenuhi dengan kedamaian dan ketenangan. Cahaya itu tidak hanya mengalahkan kegelapan, tetapi juga membawa harapan baru bagi seluruh dunia.