Makhluk itu berteriak dengan suara yang menyayat hati, kemudian lenyap, menghilang di balik kilatan cahaya yang begitu menyilaukan. Sesaat kemudian, hanya keheningan yang tersisa, dan kabut yang sebelumnya begitu tebal perlahan-lahan terangkat, membuka jalan di depan mereka.
Cedric yang menyaksikan kejadian tersebut dari dekat, menatap Alena dengan kekaguman yang tak bisa disembunyikan. Ia tahu bahwa Alena memiliki kekuatan, tetapi melihat kekuatan itu langsung berhadapan dengan kegelapan membuatnya semakin yakin bahwa putri ini bukan sekadar pewaris kerajaan. Alena adalah harapan terakhir mereka.
"Kau luar biasa, Putri," kata Cedric sambil memasukkan kembali pedangnya ke sarung. "Jika kekuatan Cahaya dalam dirimu terus tumbuh seperti ini, aku yakin Morgath tidak akan bisa menyentuh kita."
Alena tersenyum kecil, meski di dalam hatinya ia merasa berat. Kemenangan ini hanyalah awal dari ujian yang akan ia hadapi. Ia bisa merasakan bahwa Morgath semakin menyadari kehadirannya, dan itu hanya berarti satu hal---bahaya yang lebih besar akan segera mendekat.
"Kita harus terus maju," jawab Alena. "Penjaga Bayangan hanyalah ujian pertama. Morgath pasti telah menyiapkan rintangan yang lebih berat di depan."
Cedric mengangguk setuju. Mereka melanjutkan perjalanan, menyusuri jalan yang kini lebih terbuka dan terang setelah kabut terangkat. Namun, setiap langkah yang mereka ambil terasa semakin berat. Alena bisa merasakan kekuatan yang menariknya semakin dekat ke Gunung Kuno, tetapi ia juga tahu bahwa jalan yang tersisa akan penuh dengan bahaya yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Saat malam mulai mendekat, mereka menemukan sebuah sumber air jernih di tengah hutan. Cedric, yang sudah lelah setelah seharian berjalan, memutuskan untuk berhenti dan beristirahat. Mereka membuat perkemahan kecil di tepi sungai, sementara Alena duduk termenung, menatap ke arah langit yang perlahan berubah menjadi gelap. Bintang-bintang mulai muncul satu per satu, memberikan cahaya lembut di antara pepohonan.
"Apa yang kau pikirkan, Putri?" tanya Cedric, yang duduk di dekat api unggun sambil memperhatikan Alena.
"Aku hanya merasa bahwa perjalananku ini tidak hanya tentang menyelamatkan kerajaan," jawab Alena pelan. "Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang menghubungkan kekuatan Cahaya ini dengan diriku. Aku merasa bahwa Gunung Kuno akan memberikan jawaban yang lebih besar dari sekadar menemukan artefak."
Cedric mengangguk, meski tak sepenuhnya memahami perasaan Alena. Baginya, pertempuran adalah hal yang nyata, sesuatu yang bisa ia lihat dan hadapi secara langsung. Namun, Alena berbicara tentang sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak terlihat namun terasa begitu kuat.
"Kau benar," katanya akhirnya. "Kita akan menemukan jawabannya. Dan aku akan ada di sisimu, apa pun yang terjadi."