Awal Sebuah Takdir
Di suatu negeri jauh di utara, tersembunyi di balik pegunungan berkabut, terdapat sebuah kerajaan bernama Cahaya. Kerajaan ini terletak di lembah yang dipenuhi oleh hutan lebat dan sungai yang berkilauan. Pemandangan alam di sekitar kerajaan ini sangat menakjubkan, dengan salju yang selalu menutupi puncak gunung-gunung yang menjulang tinggi, serta pepohonan yang hijau sepanjang tahun. Ketenangan dan keindahan alam ini kontras dengan dunia luar yang sering kali penuh konflik dan kekacauan.
Kerajaan Cahaya dipimpin oleh Raja Andros dan Ratu Selene, pasangan yang terkenal adil dan bijaksana. Mereka memerintah dengan kebijaksanaan dan kasih sayang yang melimpah, menjaga kesejahteraan rakyat mereka dengan penuh perhatian. Raja Andros dikenal karena kepemimpinannya yang kuat dan cerdas, sementara Ratu Selene terkenal dengan kelembutan hatinya dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang penuh kasih. Bersama-sama, mereka menciptakan lingkungan yang harmonis dan sejahtera bagi seluruh warga kerajaan.
Putri mereka, Alena, adalah satu-satunya pewaris takhta kerajaan. Alena yang berusia 18 tahun memiliki kecantikan yang luar biasa, dengan rambut hitam legam yang mengalir lembut hingga ke pinggangnya dan mata yang bersinar seperti bintang-bintang di malam hari. Keanggunannya memancarkan aura yang memikat hati siapa saja yang melihatnya. Namun, di balik kecantikan dan kelembutannya, Alena menyimpan sesuatu yang belum sepenuhnya ia pahami. Dia memiliki sebuah cahaya lembut yang tampak mengikuti ke mana pun ia pergi, sesuatu yang hanya bisa ia lihat di sudut matanya.
Sejak kecil, Alena telah terbiasa dengan kehadiran cahaya tersebut. Meskipun tidak banyak yang bisa melihatnya, ia merasakan kehadiran cahaya itu sebagai sesuatu yang menenangkan dan menghibur. Banyak orang di kerajaan percaya bahwa cahaya itu adalah tanda berkah dari leluhur mereka, sesuatu yang akan membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi mereka. Namun, bagi Alena, cahaya itu lebih dari sekadar tanda. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dan lebih penting dari sekadar keindahan visual yang ia lihat.
Suatu pagi yang cerah, saat matahari memancarkan sinarnya yang lembut ke seluruh penjuru istana, Alena memutuskan untuk berjalan-jalan di taman istana. Taman ini adalah tempat favoritnya, dengan berbagai jenis bunga yang mekar sepanjang tahun dan udara segar yang membuatnya merasa bebas. Jalan setapak yang dibatasi oleh semak-semak dan pohon-pohon tinggi membawanya ke sudut taman yang tenang, di mana ia sering kali datang untuk berpikir dan merenung.
Ketika Alena sedang menikmati keindahan taman, seorang pelayan tua yang jarang berbicara mendekatinya. Pelayan itu bernama Mira, seorang wanita yang telah melayani keluarga kerajaan selama bertahun-tahun. Mira adalah seorang wanita dengan wajah yang penuh kerut dan mata yang tajam, seolah-olah menyimpan banyak rahasia di dalamnya. Meskipun umurnya sudah lanjut, gerakan Mira tetap lincah dan penuh keanggunan.
Dengan suara lembut dan penuh misteri, Mira berkata, "Putri, kau akan segera menghadapi takdirmu. Kekuatan yang ada dalam dirimu akan segera diuji, dan Cahaya yang selama ini kau lihat, akan menjadi kunci untuk menyelamatkan kerajaan."
Alena terkejut mendengar kata-kata Mira. Ia tidak pernah menduga bahwa seorang pelayan tua akan berbicara kepadanya dengan cara yang penuh rahasia. Rasa penasaran dan kebingungan menyelimuti dirinya. "Apa maksudmu, Mira? Mengapa aku?" tanyanya dengan suara lembut.
Mira menatap mata Alena dalam-dalam, seolah-olah mencoba mencari sesuatu di dalamnya. "Takdir tidak memilih secara sembarangan, Putri. Kau adalah keturunan terakhir dari garis keluarga yang membawa Cahaya. Musuh kuno kerajaan ini telah terbangun, dan kekuatan itu akan menjadi satu-satunya harapan kita."