Di ujung lembah, Dimas melihat sebuah gerbang tua yang terbuat dari batu berlumut. Gerbang ini tampak usang dan tidak terawat, tetapi ada sesuatu yang membuatnya terasa istimewa. Gerbang itu memiliki ornamen yang rumit, dengan ukiran-ukiran kuno yang menunjukkan simbol-simbol yang tidak bisa dia identifikasi. Awan tersebut tampak berhenti tepat di depan gerbang, seolah-olah menunggu Dimas untuk mendekat.
Dengan hati berdebar, Dimas mendekati gerbang tersebut dan merasakan energi yang kuat mengalir di sekelilingnya. Ia mengulurkan tangan dan merasakan tekstur dingin dan kasar dari batu yang telah tertutup oleh lumut selama bertahun-tahun. Saat ia menyentuh gerbang, sebuah suara lembut dan misterius bergema di pikirannya, seolah-olah mengundangnya untuk memasuki dunia di balik gerbang.
Gerbang tersebut perlahan-lahan terbuka dengan suara berderit yang aneh, memperlihatkan sebuah lorong yang gelap dan berkilauan di ujungnya. Dimas merasa campur aduk antara ketakutan dan rasa ingin tahu. Dia tahu bahwa langkah selanjutnya mungkin akan membawa dia ke dalam petualangan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dengan tekad yang kuat, Dimas melangkah masuk ke dalam lorong, siap untuk menghadapi apa pun yang ada di depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H