Mohon tunggu...
Dibbsastra
Dibbsastra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Minat saya adalah sebagai penulis cerpen, puisi, quotes, artikel, novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan yang Menghantui

9 Agustus 2024   17:00 Diperbarui: 9 Agustus 2024   17:04 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber -Dibbsastra-

Penulis_Dibbsastra

Chapter 1

"Awal yang Tak Terucapkan"

Di tengah keramaian kota yang tak pernah berhenti bergerak, terdapat sebuah cerita yang terpendam di antara lapisan waktu dan kenangan. Ini adalah kisah tentang cinta yang mendalam, sebuah perasaan yang tidak pernah benar-benar terucap dengan jelas, namun selalu hadir di setiap sudut ruang hati. Kisah ini, penuh dengan emosi dan nostalgia, mengisahkan bagaimana perasaan yang begitu mendalam bisa berubah menjadi sebuah kenangan yang menghantui.

Cinta yang terpendam ini dimulai di sebuah kafe kecil yang terletak di sudut jalan yang sibuk. Kafe itu memiliki suasana yang hangat dan nyaman, dengan pencahayaan lembut yang menciptakan nuansa intim. Di sinilah aku pertama kali melihatmu, di tengah kerumunan pelanggan yang sibuk menikmati kopi mereka. Ketika kamu masuk, semua seakan berhenti sejenak, dan mataku tertuju padamu. Ada sesuatu yang berbeda tentangmu—sebuah aura yang menarik dan menenangkan.

Setiap pagi aku datang ke kafe ini, perasaan yang aku rasakan semakin mendalam. Aroma kopi yang menyebar di udara, suara mesin espresso yang berdengung, dan suasana hangat yang menyelimuti kafe, semuanya menjadi bagian dari rutinitasku. Aku tidak bisa mengabaikan bagaimana kamu selalu datang dengan cara yang sama, seolah-olah kamu juga memiliki rutinitas yang sama. Setiap kali aku melihatmu, aku merasa seperti dunia di sekitar kita menjadi latar belakang, dan kita berada di pusat perhatian satu sama lain.

Kau duduk di meja dekat jendela, dan aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darimu. Keberadaanmu menjadi bagian dari rutinitasku, dan setiap kali aku melihatmu, aku merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar kebetulan. Kamu tidak hanya menjadi bagian dari hidupku; kamu telah menjadi pusat perhatian setiap kali aku berada di kafe ini. Aku mencoba untuk menangkap setiap detail tentangmu—cara kamu menyentuh cangkir kopi, bagaimana kamu menatap jendela dengan tatapan yang mendalam, dan bagaimana senyumanmu terlihat ketika kamu berbicara dengan pelayan.

Kafe ini menjadi tempat yang penuh makna, tidak hanya karena kehangatannya tetapi juga karena bagaimana ia menyaksikan berkembangnya perasaan kita. Meskipun kita tidak pernah berbicara langsung, ada komunikasi tanpa kata-kata yang terjadi di antara kita. Aku sering kali merasa bahwa aku bisa membaca perasaanmu hanya dari tatapanmu, meskipun tidak pernah ada kata-kata yang terucap. Perasaan ini begitu kuat, seolah-olah kita memiliki koneksi yang lebih dalam dari sekadar pertemuan kebetulan.

Seiring waktu, aku mulai merasakan bahwa kamu juga menunggu kehadiranku di kafe ini. Ada saat-saat ketika tatapanmu seakan menunjukkan bahwa kamu juga merasakan hal yang sama. Setiap kali aku datang, aku merasa seolah-olah kamu tahu bahwa aku akan ada di sana, dan kamu seakan-akan menunggu dengan penuh harapan. Aku mulai berpikir bahwa mungkin kita memiliki perasaan yang sama, tetapi tidak pernah ada kesempatan untuk mengungkapkannya secara langsung.

Chapter 2

"Kenangan yang Menyentuh"

Hari-hari berlalu, dan kafe kecil itu menjadi saksi bisu dari pertumbuhan perasaan kita. Setiap pagi, aku bangun dengan semangat untuk pergi ke kafe itu, bukan hanya untuk menikmati kopi, tetapi untuk merasakan kehadiranmu. Kamu telah menjadi bagian dari rutinitasku, dan setiap kali aku melihatmu, hatiku berdebar. Ada sesuatu yang begitu mendalam dalam tatapanmu, sebuah kedalaman yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun