Selama beberap bulan masa pengangguran, saya masih sempat berkelana ke Jakarta, Jambi dan Batam untuk membantu teman atau saudara yang kebetulan memiliki usaha yg membutuhkan tenaga saya. Dan buku ini, selalu menemani saya dalam periode itu. Bahkan saya baca berulang-ulang.
Sampai akhirnya pada April 2012 saya harus datang ke Palembang untuk menghadiri pernikahan kakak saya, buku ini masih jadi bacaan saya selama di pesawat dan ketika menunggu jemputan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Dan entah kenapa di luar kebiasaan, hari itu saya menggunakan troley untuk membawa barang. Dan seingat saya, buku itu tertinggal di troley tersebut. Saya pontang panting mencarinya, hingga setengah menangis. Perpisahan dengan buku memang selalu menyesakkan. Apalagi bagi penganggur seperti saya waktu itu.
Kini, April 8 Tahun kemudian, saya mendengar kabar duka bahwa Prof.Arief Budiman telah berpulang ke rahmatullah. Ketimbang adiknya Soe Hok Gie, saya merasa lebih berhutang rasa pada Pak Arief, karena pasca buku ini, saya terus memburu buku-buku dan tulisan beliau yang lain.
Terima kasih Profesor, engkau pasti bahagia di sana.
Palembang, 24 April 2020 / 1 Ramadhan 1441 H
Ferdiansyah Rivai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H