Mohon tunggu...
Diaz Radityo
Diaz Radityo Mohon Tunggu... Freelancer - Pendongeng keliling dan menulis

Seorang manusia biasa yang ingin bercerita dan berbagi energi positif.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jogja Mendongeng 2023: Pesta Sederhana Namun Bermakna

10 September 2023   12:59 Diperbarui: 10 September 2023   13:02 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jogja Mendongeng 2023 memang sudah usai. Namun, resonansi semangat dan gairah para penontonnya masih sangat terasa. Acara yang digelar di IFI LIP Yogyakarta tersebut mampu menyita para pecinta dongeng dari berbagai penjuru Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Antusiasme penonton sudah mulai nampak ketika reservasi undangan dibuka. Tidak membutuhkan waktu lama, undangan langsung diserbu oleh para penonton. Lalu apakah Jogja Mendongeng itu sebenarnya?

Jogja Mendongeng, Awal Sebuah Perjalanan

Mungkin banyak yang masih bertanya atau bahkan berpikir bahwa pagelaran Jogja Mendongeng adalah sebuah kompetisi dongeng yang akan memperebutkan hadiah tertentu. Namun, Jogja Mendongeng bukanlah sebuah kompetisi. 

Jogja Mendongeng adalah sebuah wadah atau media bertemunya para pendongeng untuk mengolah dongeng menjadi sebuah bentuk yang baru. Dapat dikatakan bahwa Jogja Mendongeng adalah sebuah laboratorium untuk dongeng, seperti yang diutarakan oleh Rangga Dwi Apriadinnur, kurator Jogja Mendongeng. 

Para penampil diajak untuk mampu menggunakan media yang ada untuk merespon tema yang sudah disiapkan. Sehingga daya kreativitas menjadi elemen penting dalam membuat dongeng tersebut. Mereka diwajibkan unuk mengirimkan karyanya dalam bentuk video. Nantinya, dari video tersebut akan diseleksi serta diberikan masukan terkait dengan hasil karya mereka. Harapannya, adalah adanya proses timbal balik antara para penampil dengan kurator.

Selain menjadi laboratorium ekeperimental. Agustinus Sani Aryanto, kurator lainnya dari Jogja Mendongeng, mengungkapkan bahwa mendongeng tidak hanya semata-mata hanya mampu bercerita secara lisan tetapi lebih dari itu. 

Pendongeng juga harus mampu menunjukkan dirinya adalah seorang performer yang mampu memuaskan audiens dengan menggunakan berbagai media untuk mendukung penampilannya.

Semangat lainnya yang diusung oleh Jogja Mendongeng adalah regenerasi. Pendongeng pun harus melakukan regenerasi agar tidak terjadi keterputusan generasi. Jika hal ini terjadi maka akan menjadi hal yang sangat merugikan. Bukan tidak mungkin terjadi, karena saat ini budaya kita leih banyak dikuasai oleh visual. Sehingga terjadi loncatan budaya yang seharusnya dapat diantisipasi. Regenerasi para pendongeng harus dilakukan. Setiap pendongeng menjadi representasi dari masing-masing zamannya.

Jogja Mendongeng juga lahir sebagai respon terhadap keberadaan dongeng. Di era disrupsi yang semakin menggila seperti sekarang ini dibutuhkan sebuah media untuk mampu menanamkan nilai ataupun karakter bagi anak-anak. Dongeng menjadi salah satu media alternatif yang dapat digunakan. Keresahan inilah yang direspon oleh Edutania yang bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY untuk membuat media "baru" bagi para pendongeng. Sebuah upaya yang sangat strategis, mengingat dongeng juga sudah ditetapkan menjadi warisan budaya baik secara nasional maupun internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun