Keasyikan saya ketika menikmati mie instan yang terkenal dari Sabang sampai Merauke itu tiba-tiba berhenti. Dengan sukses mie tersebut tersangkut di tenggorokan saya. Pasalnya, gawai yang berada di sebelah kanan mangkok mie saya bergetar. Perhatian saya pun terpecah dan segera bergegas melihat pesan yang dikirimkan. Â Bagi saya telepon pintar sudah seperti istri kedua, karena istri pertama belum punya. Haisssh...
Kira-kira beginilah pesan tersebut.
'Bro, univeritas saya gak masuk rangking 10 besar ini."
"Terus gimana?" jawab saya sambil membetulkan mie yang masih tersangkut di tenggorokan.
'Ambyar ini, gak bener. Kecewa saya. Mosok kampus saya kalah sama kampus sebelah."
"Sabar bro, kadang beginilah hidup. Banyak gak adilnya," lanjut saya menenangkannya.
Setelah itu, tak ada lagi pesan yang dikirimkan kepada saya. Mulailah saya merenungi jawaban saya kepadanya tadi. Apakah salah? Ataukah benar? Setelah menjawab pesan teman saya tadi, nafsu makan pun menghilang. Persis seperti hilangya telur ceplok di atas mie goreng saya yang digondol kucing oren.
Ingatan saya pun memutar ke belakang. Mencoba mengingat perjuangan teman saya yang harus meninggalkan kampung halamannya di Lampung demi meraih impian menjadi guru. Saya juga membayangkan ketika dia hijrah ke pulau Jawa tentu dia ingin mendapatkan segudang ilmu untuk dijadikannya bekal di sana. Di dalam benaknya pasti ingin sekali memberikan yang terbaik kepada kedua orang tuanya. Walaupun saya bukan mentalist kayak master Deddy Corbuzier, saya bisa membaca arah pikirannya. Karena itu hal yang lumrah terjadi saja sih.
Esok ketika wisuda ia ingin mengenakan selempang cum laude, diberikan bunga ataupun barang-barang oleh teman-temannya. Melakukan swafoto dengan keluarga. Dilanjutkan dengan berfoto di studio dan biasanya diakhiri dengan makan bersama di sebuah tempat makan. Pemandangan yang selalu diimpikan oleh para mahasiswa semester akhir.
Sebagai mahasiswa tingkat akhir, ia pasti sedang galau akut. Sedang asyik-asyiknya menulis skripsi dan bolak balik revisi. Ia harus mendapati universitasnya tidak masuk rangking 10 besar terbaik di Indonesia. Ironis sekali, semacam ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Opooohh iki...