Mohon tunggu...
Diaz Muthiya Azzahra
Diaz Muthiya Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa_STKIP Muhammadiyah Kuningan

Pergj berkuliner dan konten terfavorit saya adalah tentang mengeksplor dunia dan tentu dengan makanan makanan khasnya !

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Asal-usul Penamaan Desa Cibinuang, Kuningan

14 Juni 2024   14:00 Diperbarui: 14 Juni 2024   15:35 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cibinuang, Kuningan 13 Juni 2024

Jika desa Cibinuang sebagai desa lama yang sejaman dengan Citangtu tentu ada bukti arkeologis yang mendukung adanya aktivitas manusia. Adanya makam tua di Cibinuang, di antaranya, makam kuno Buyut Asyiah, makam Dalem Cibinuang, Pangeran Sutawijaya, Buyut Hideung, makam Pangeran Salam Sembah, dan Buyut Centong. Ceritera - ceritera lokal masih tetap menjadi milik kultural desa ini. Salah satunya adalah penuturan Juru Kuncen makam Buyut Asyiah yaitu bapak Dalim Guna Hudaya Putra (42th).

Menurut penuturan Dalim Guna Hudaya Putra selaku Juru Kuncen; Buyut Asyiah adalah nama anak dari Rd.Tumenggung Jaya Disakti yang berasal dari Cirebon. Ada semacam kebiasaan masyarakat Kuningan dalam menyebut nama orang tua biasanya mempergunakan nama anak sulung. Bukti - bukti makam kuno terdapat di desa Cibinuang, Dalim Guna Hudaya Putra, adalah Juru Kuncen ke IV yang pertama adalah Buyut Candra Muska, ke Il Buyut Jaya Wikanta, ke III Lurah Juned (1985-2006) ke IV Dalim Guna Hudaya Putra (2006 - sekarang).

Sedangkan benda arkeologis yang ditemukan di kampung Wangunan kelurahan Citangtu berupa terrakota berbentuk gajah dan empat buah arca batu. Penyebaran penduduk atau pergerakan manusia di masa lalu, tidak saja ke Cibinuang tetapi juga menyebar sampai ke wilayah desa Cirukem. Historiografi tradisional setempat menuturkan bahwa Geusan Ulun setelah memeluk agama Islam di Cirebon kemudian memperdalam keislaman di Demak. Sayang Geusan Ulun melakukan perbuatan tercela terhadap Panembahan Ratu II Cirebon. Wilayah Majalengka oleh Geusan Ulun diserahkan ke kesultanan Cirebon sebagai penebus kesalahannya.

Diduga karena perbuatan ayahnya inilah Dalem Cibinuang (Pangeran Suta Wijaya) bersama Rd.Tumengung Jaya Di Sakti menetap di blok Bingbin desa Cibinuang sekarang . Kedua tokoh Pangeran Suta Wijaya dan Rd.Tumenggung Jaya Di Sakti diduga menukar nama dan tetap melakukan da'wah / siar agama Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun