Mohon tunggu...
Azveta
Azveta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

content writer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Budaya Patriarki Masih Eksis Pemimpin Perempuan Makin Krisis

23 Mei 2023   13:19 Diperbarui: 23 Mei 2023   13:21 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu pertanyaan mendasar yang sering muncul jika membahas mengenai pemimpin yaitu, mengapa seorang pemimpin harus laki-laki?

Saat ini Indonesia masih mengalami krisis pemimpin perempuan yang begitu nyata. Minimnya pemimpin perempuan dalam dunia politik adalah salah satu contoh yang dapat dilihat dengan jelas.

Pada sistem pemerintahkan demokrasi, seluruh aspirasi masyarakat harus diserap dengan baik karena aspirasi merupakan kebutuhan dari rakyat.

Di Indonesia, aspirasi masyarakat akan diserap oleh anggota legislatif. Minimnya anggota legislatif perempuan akan berakibat tidak terpenuhinya kebutuhan perempuan itu sendiri.

Hal inilah yang akan memperkuat budaya patriarki.

Budaya patriarki tercipta akibat stigma di masyarakat yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki hak istimewa dalam kepemimpinan politik, moral, dan hak sosial. Artinya, laki-laki mendapat kepercayaan lebih tinggi dalam memimpin suatu kelompok dibandikan dengan perempuan karena terdapat perbedaan dengan gaya kerja dan kekuatan fisiknya.

Menurut saya pemikiran seperti inilah yang sangat menyesatkan.

Sejatinya laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan titik awal untuk mencapai sebuah kesuksesan serta setiap orang berhak mendapat kesempatan dan jabatan yang sama dalam politik tanpa adanya label bahwa yang berhak hanya laki-laki.

Pemimpin laki-laki tidak selalu lebih baik daripada perempuan, kontribusi kerja dan efisiensi seseorang tidak dapat diukur lewat kesenjangan gender.

Padalah, menghadirkan perempuan jadi seorang pemimpin bukanlah hal yang merugikan karena perempuan merupakan sosok yang multitasking. berkarir, rumah tangga, dan anak, mereka dapat mengelola tugas-tugas tersebut dengan baik.

Tri Rismaharini, salah satu sosok perempuan inspiratif milik negeri. Semasa kepemimpinannya sebagai walikota Surabaya, Tri Rismaharini dikenal sebagai pemimpin yang sangat tegas pada perkataan dan perbuatannya.

Lalu, jika Tri Rismaharini bisa menjadi sosok pemimpin perempuan yang inspiratif mengapa kita tidak bisa?

Inilah yang menjadi PR dan tantangan kartini modern saat ini.

Sebagai kartini modern, haruslah kita memiliki perspektif yang berbeda mengenai arti pemimpin dan mewujudkan kesetaraan gender karena dengan begitu budaya patriarki yang mandarah daging dapat dihilangkan.

Begitu juga dengan pemerintah yang harus bisa memberi jaminan keamanan hak-hak bagi perempuan untuk dapat berpartisipasi dalam politik sesuai dengan pancasila, sehingga perempuan di Indonesia tidak perlu ragu untuk terjun dalam dunia politik dan tidak adanya rasa takut Ketika harus menjadi seorang pemimpin dalam lembaga pemerintah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun