Memasuki tahun ke enam dalam penyelenggaraan nya Borobudur Marathon 2018 powered by Bank Jateng semakin berbenah. Ini yang terungkap dalam sesi press conference yang di adakan di Ballroom Cemara Hotel Grand Artos Magelang, Sabtu 17 November 2018.Â
Dihadiri oleh Budiman Tanuredjo (Pimred Harian Kompas), Supriyatno (Dirut Bank Jateng), Urip Sihabudin (Kadisporapar Prov Jateng), dan Liem Chie An (Ketua Yayasan Borobudur), Brand Ambassador Sigi Wimala dan Agni Pratistha, serta para sponsor dan tamu undangan lainnya.
Dengan mengambil tema Raising Harmony melanjutkan semangat kelahiran dari tahun 2017 lalu yang mengusung tema Reborn Harmony, Diharapkan niat (Tha~Tukul Saka Niat) yang telah lahir bisa tumbuh dalam keselarasan menjadi sebuah keinginan dan usaha untuk melakukan aksi nyata (Jumbuhing Karep Lan Daya).
Karena Borobudur Marathon memiliki 3 pilar utama yaitu Raising Harmony (Tumbuh dalam Keselarasan), Cultural Immersion (Keterlibatan Budaya Lokal), dan Sport Tourism (Olahraga Wisata). Tahun ini ada beberapa aturan baru yang diterapkan di lomba marathon ini, seperti Cut of time dan Cut of point, blue line, dan penggunaan chip di setiap runner yang akan otomatis terdeteksi di check point.
Animo masyarakat terlihat sangat antusias dalam menghadapi acara Borobudur Marathon, baru 3 jam dibuka pendaftaran sudah sold out. Tiket sebanyak 10.000 ternyata tidak bisa mencukupi keinginan para pelari untuk mengikuti lomba.Â
Sebanyak 30 negara mengambil bagian dalam Borobudur Marathon ini dengan 205 pelari. Pada tahun 2017 banyak pelari yang menumpuk di katagori 10K, tetapi sekarang 46% turun di FM, 31% HM dan 33% sisanya di 10K. Malaysia menjadi negara penyumbang peserta terbanyak di acara tahunan Provinsi Jawa Tengah
Dalam press conference tersebut Budiman Tanuredjo mengatakan bahwa ada impian dan harapan besar Borobudur Marathon ini bisa menjadi seperti wolrd major marathon seperti Boston Marathon, Berlin Marathon, atau Tokyo Marathon. Selain prestige yang tinggi, dengan terselenggaranya sport event ini juga otomatis berdampak terhadap perekonomian di daerah dimana event itu berlangsung.
Ketua Yayasan Borobudur yang biasa dipanggil om liem ini pun mengamini pernyataan Budiman Tanuredjo, dia sangat bangga dan ingin Borobudur Marathon ini bisa tumbuh besar seperti event event lari di dunia. Tapi masih butuh 4-5 tahun lagi untuk berbenah menuju arah kesana. Di Borobudur Marathon ini diperlombakan 3 kategori yaitu kelas 42 KM (Full Marathon), 21 KM (Half Marathon), dan 10K.
Hal serupa diutarakan oleh Urip Sihabudin, efek dari acara Borobudur Marathon 2018 ini sangat telihat dari sisi ekonomi dan pariwisata nya. Hotel hotel, home stay di sekitar Borobudur dan Magelang hampir dipastikan full booked dari beberapa hari sebelum pelaksanaan acara.Â
Pak Urip juga mengatakan event Borobudur Marathon ini sangat diandalkan menjadi target pokok penunjang pariwisata di Jawa Tengah. Dengan dilaksanakan beberapa acara seperti pembagian racepack dibeberapa hari sebelum kick off menambah lama tinggal para peserta dan juga perputaran uang untuk belanja dan kuliner disekitar Borobudur atau Magelang.
Menurut Supriyantno Bank Jateng yang tahun ini merupakan tahun kedua dalam mensponsori ajang lari terbesar di Jawa tengah tersebut. Diharapkan bisa menjadi bibit internasional event di jawa tengah. Sehari sebelumnya diadakan Friendship run yang dilaksanakan di Candi Pawon dengan melibatkan warga lokal, sponsor, para brand ambassador, dan kearifan lokal warga Jawa Tengah.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar pranowo menerangkan, Borobudur Marathon 2018 tidak hanya ajang untuk olahraga semata. Kegiatan itu juga dipadukan dengan kearifan lokal, kebudayaan serta pariwisata dengan melibatkan masyarakat sekitar kawasan Borobudur. "Maka jangan heran, saat lari di Borobudur Marathon nanti ada warga yang membagikan tempe goreng, peyek dan makanan lain kepada peserta di pinggir jalan," terangnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H