Dengar  kata PMS (Pre Menstruasi Syndrome) buat kaum cewek udah pasti pada  faham apa yang dimaksud. Tapi klo ada cowok yang ngerti juga soal PMS,  berarti itu cowoknya sangat feminim hehehe gak deh. Meminjam istilah PMS  dan disini saya memplesetkan nya menjadi PRS yaitu Pre Resign Syndrome.
Galau,  bingung, stress, bahkan minder yang dirasakan oleh orang yang akan  keluar dari tempat kerjanya itu menjadi sebuah kompilasi (kaya lagu aja hehehe) dan kalau moment nya kurang tepat bisa bisa kena semprot sama  yang bersangkutan. Disinilah empati terhadap orang yang akan resign sangat dibutuhkan, bukan berarti orang yang mau resign itu lemah  atau cengeng. Tetapi setidaknya bisa membuat moril seseorang tetap pada tracknya merupakan salah satu ibadah atau kebaikan.
Dan  masalah yang terbesar sebenarnya bukan disaat akan mengundurkan diri  dari pekerjaan, tetapi setelah keluar kerja apa yang mau dikerjakan??. Itu lah salah satu masalah klasik apabila kita memutuskan resign dari tempat kerja kita tanpa ada perhitungan terlebih dahulu. Bisa jadi  awal masalahnya ketika kita memutuskan sesuatu hal disaat kita sedang  emosi. Atau tergiur dengan ajakan teman yang keluar kerja dan membuat  usaha, yang belum tentu cocok kalau kita ikut membuat usaha tersebut.
Soo.. benar apa pepatah, jangan membuat keputusan ketika marah dan jangan membuat janji ketika gembira.  Disaat kita sedang emosi/marah otak kita seperti tertutupi oleh semua  amarah sehingga berbicara pun asal keluar tanpa memikirkan efek  kedepannya. Begitupun ketika sedang diatas atau sedang senang jangan lah  membuat janji, karena hampir dipastikan kita akan lupa tentang janji  itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H