Mohon tunggu...
Dede Diaz Abdurahman
Dede Diaz Abdurahman Mohon Tunggu... Freelancer - Travel Blogger

Google Street View Trusted Photographer Content creator, vlogger, hobi travelling, suka foto, ngeblog, baca buku, footballover & coffee addict

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Konferensi Musik Indonesia 2018, Raya Nada untuk Indonesia

11 Maret 2018   14:30 Diperbarui: 11 Maret 2018   14:56 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Raya Nada untuk Indonesia adalah tema yang diangkat dalam Konfrensi Musik Indonesia (KAMI) 2018 ini. Yang menurut Glenn Fredly yang merupakan penggagas dan ketua KAMI ,diharapkan ekosistem musik menjadi lebih seimbang dan menjadi inspirasi dalam mendorong pembangunan ekonomi kreatif yang berkelanjutan, berkeadilan, dan mensejahterakan masyarakat.

Dalam hal ini para stakeholder dan pemerintah bisa berkolaborasi dalam membangun dan mempersiapkan generasi masa depan yang berkualitas melalui pendidikan dan kebudayaan.


Acara yang dihadiri oleh ratusan seniman dan musisi tanah air, parktisi dan pengusaha industri musik, dan pemerintah ini berlangsung di kota Ambon Maluku dari tanggal 7-9 Maret 2018 ini dengan agenda konferensi, lokakarya, dan puncaknya di tanggal 9 Maret 2018 akan ditutup dengan Festival Musik di Lapangan Merdeka Ambon yang juga dirayakan sebagai Hari Musik Nasional. "Kesempatan ini juga digunakan untuk menggali lebih dalam potensi sebagai Kota Musik di Indonesia dan pencanangan situs Kota Musik Dunia oleh UNESCO" sambut Glenn.


Dihari pertama acara konferensi hadir Anggota DPR RI dari komisi X Anang Hermansyah, Musisi Senior Fariz RM, Kepala Bekraf Triawan Munaf, Ari Juliano Gema selaku Deputi Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual dan Regulasi Bekraf,

dan Adib Hidayat dalam sesi panel pertama yang mengangkat topik "Memajukan Musik sebagai Kekuatan Ekonomi Indonesia di Masa Depan." 

Poin dari topik tadi bahwa Bekraf yang saat ini sedang mengolah dan mengkaji data data yang nantinya sangat bermanfaat dan dibutuhkan oleh para pencipta (creator) juga pemerintah. Pemerintah juga mendorong berbagai konsorsium agar bekerja sama dengan lembaga2 dunia. Salah satu masalah yang ada saat ini karena awareness HKI dari pelaku kreatif juga masih rendah.

Kemudian, topik sesi panel kedua ialah "Tata Kelola Industri Musik di Era Digital." Hadir sebagai narasumber pada sesi tersebut Bapak Freddy Harris selaku Dirjen Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bapak Muhammad Neil El Himam selaku Direktur Fasilitasi Infrastruktur TIK Bekraf, Bapak Candra Darusman selaku perwakilan dari World Intellectual Property Organization, Prof. Agus Sardjono selaku Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan Irvan Aulia dari Massive Music.  Paparan ini membahas tentang sistem data base yang harus rapi dan tervalidasi dengan baik. Setiap tahun industri musik digital semakin berkembang dan sistem serta perlindungan hukum semakin dibutuhkan.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun