Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mason Greenwood dan Sepak Bola Tanpa Gairah

25 Agustus 2023   03:45 Diperbarui: 25 Agustus 2023   15:24 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mason Greenwood.(AFP/PAUL ELLIS via Kompas.com)

"Keputusan yang keluar hari ini adalah keputusan bersama antara Manchester United, saya dan keluarga saya. Ini keputusan terbaik bagi kami bahwa memang sebaiknya saya melanjutkan karier sepak bola saya jauh dari Old Trafford, di mana kehadiran saya tidak menjadi gangguan bagi klub ini." tulis Mason Greenwood di akun instagramnya.

Saya ingin berterima kasih untuk dukungan klub ini ke saya sejak saya berusia tujuh tahun, dan mereka akan selalu jadi bagian dari saya. Saya benar-benar bersyukur atas dukungan dari keluarga dan orang-orang tersayang saya, dan sekarang saya harus membayar kepercayaan mereka dengan menjadi pesepak bola yang lebih baik," lanjutnya.

"Namun yang terpenting saya harus menjadi ayah dan pribadi yang lebih baik serta saya menggunakan talenta saya dengan cara yang positif di atas maupun di luar lapangan," tutup pernyataan tersebut.

Kata-kata menyentuh Mason Greenwood menandai berakhirnya kebersamaan sang pemain dengan klub yang dibelanya sejak usia tujuh tahun. Sebuah pernyataan menyentuh yang terlontar setelah dirinya tersandung tuduhan kekerasan kepada sang kekasih meski dia dinyatakan tak bersalah oleh pengadilan.

Sebelum unggahan ini, Mason Greenwood muncul sebagai sosok yang berbeda, badannya kurus rambutnya mengembang. Tak ada masa otot yang menonjol dari balik kulitnya seperti setahun lalu ketika masih bermain reguler sebagai punggawa Manchester United.

Dalam video yang beredar di dunia maya, dia terlihat sedang berlatih dengan pelatih pribadinya. Mengembalikan insting, tak hanya soal menciptakan gol tapi lebih luas lagi, yakni bermain sepak bola.

Mengenakan pakaian serba hitam, Greenwood terlihat sedang melakukan latihan menendang dan dribbling. Berulang kali kakinya diayunkan, berulang kali pula bola melambung di atas mistar, sekalipun akurat, tendangannya sangat lemah dan mudah diantisipasi kiper.

Beberapa kali kaki-kakinya menggiring bola, kontrolnya jauh dari cara seorang bintang menimang mainannya. Kakinya seakan membawa kabar kalau saat ini dia belum bisa berdamai dengan sepak bola, olahraga yang begitu dicintai tapi kini menjadi penghancur masa depannya.

Mata Mason Greenwood yang dulu menyalang kala melihat jaring lawan sebagai mangsa, kini berubah padam. Tak ada lagi gairah yang keluar dari tubuhnya saat bermain bola, pada video tersebut ia hanya menjalani tugasnya untuk mengembalikan kebugaran tanpa gairah.

Kemunculan Mason Greenwood menampakkan dirinya sebagai orang kusut dengan tingkat stres tinggi. Keadaan ini dipicu karena tekanan mental yang terlalu tinggi sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari.

Sebenarnya sepak bola lahir dari keresahan orang-orang terdahulu. Banyak versi berbeda soal asal muasal olahraga ini, tapi yang pasti permainan ini lahir karena manusia pada saat itu membutuhkan hiburan.

Kini bagi pemain bola, terutama mereka yang masih belia, olahraga tersebut menjadi jalan untuk meningkatkan kekuatan fisik. Olahraga ini menjadi wadah dalam meluapkan emosi dengan cara positif.

Sepak bola menjadi jawaban untuk melepas penat setelah belajar. Mereka yang mengenal sepak bola sejak dini akan hidup disiplin hingga membentuk mereka menjadi pribadi tangguh, meskipun ketika dewasa sepak bola bukanlah jalan untuk mencari uang.

Bagi anak-anak sepak bola merupakan jalan untuk menambah kebahagiaan dan memperluas pertemanan. Si kulit bundar ibarat kekasih yang dimilikinya hingga melakukan apapun untuk menikmati momen kebersamaannya.

Namun saat memilih jalan sebagai pemain profesional mereka akan dihadapkan dengan kenyataan baru. Sebuah gambaran yang tak pernah diidamkan sebelumnya untuk menjadi pemain sukses, bahkan mengikuti jejak pemain idolanya.

Pada taraf profesional, para pemain dituntut untuk menampilkan permainan terbaik tiap pertandingan. Kegembiraan saat bermain sepak bola usia muda bisa terkikis seiring waktu berjalan.

Pada taraf ini pesepak bola akan dihadapkan dengan jadwal padat tiap minggu, latihan berat bahkan membosankan, serta kritikan tajam ketika tak mampu menampilkan permainan gemilang. Kenikmatan dalam bermain seketika sirna begitu saja.

Belum lagi sosial media yang memperburuk suasana. Sebelumnya para komentator sepak bola memainkan permainan penting dalam memproduksi informasi seputar olahraga ini, tapi sekarang semuanya bergeser.

Semua penggila bola bisa mendapat informasi dari sosial media, bahkan mampu memproduksi konten itu sendiri. Melalui cara ini, mereka kerap memberi kritik pedas kepada individu. Inilah masalah besar yang dihadapi Mason Greenwood.

Pemain internasional Inggris ini mendapat banyak kecaman dari fan terkait masalah kekerasan kepada kekasihnya. Meski Februari lalu, pengadilan telah membersihkan namanya, tapi sosok Mason Greenwood kadung di cap sebagai orang yang bersalah oleh publik.

Sepak bola modern tak ubahnya petak pencari cuan. Ladang yang digarap sangat megah untuk tujuan komersial semata. Permainan yang dulunya dijadikan tempat meluapkan amarah dan kejenuhan jadi ceruk itu sendiri.

Para pemain termasuk Mason Greenwood menjadi aktor dan menjadi sorotan publik. Segala kesehariannya bisa diekspos begitu saja. Posisi seorang pesepak bola sekarang cukup tinggi bahkan menyaingin bintang holiwood itu sendiri.

Gairah yang hilang dalam permainan sepak bola pernah terjadi pada punggawa Timnas Jerman, Andre Schurrle. Ia bahkan gantung sepatu meski usianya masih 29 tahun. Kabarnya ia merasa kesepian dan kehilangan gairah dalam sepak bola hingga memutuskan bercerai dengan olahraga yang membesarkan namanya.

Dari kasus-kasus ini wajah sepak bola tak lagi bisa diandalkan untuk memperbaiki mental seseorang. Ada gairah yang hilang dari olahraga satu ini terutama bagi para pemain profesional. Kondisi ini bisa makin parah dengan keinginann FIFA yang mau memperbanyak pertandingan sepak bola di masa depan.

Sekarang saya harus mengucapkan, cepat sembuh sepak bola profesional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun