Sebenarnya sepak bola lahir dari keresahan orang-orang terdahulu. Banyak versi berbeda soal asal muasal olahraga ini, tapi yang pasti permainan ini lahir karena manusia pada saat itu membutuhkan hiburan.
Kini bagi pemain bola, terutama mereka yang masih belia, olahraga tersebut menjadi jalan untuk meningkatkan kekuatan fisik. Olahraga ini menjadi wadah dalam meluapkan emosi dengan cara positif.
Sepak bola menjadi jawaban untuk melepas penat setelah belajar. Mereka yang mengenal sepak bola sejak dini akan hidup disiplin hingga membentuk mereka menjadi pribadi tangguh, meskipun ketika dewasa sepak bola bukanlah jalan untuk mencari uang.
Bagi anak-anak sepak bola merupakan jalan untuk menambah kebahagiaan dan memperluas pertemanan. Si kulit bundar ibarat kekasih yang dimilikinya hingga melakukan apapun untuk menikmati momen kebersamaannya.
Namun saat memilih jalan sebagai pemain profesional mereka akan dihadapkan dengan kenyataan baru. Sebuah gambaran yang tak pernah diidamkan sebelumnya untuk menjadi pemain sukses, bahkan mengikuti jejak pemain idolanya.
Pada taraf profesional, para pemain dituntut untuk menampilkan permainan terbaik tiap pertandingan. Kegembiraan saat bermain sepak bola usia muda bisa terkikis seiring waktu berjalan.
Pada taraf ini pesepak bola akan dihadapkan dengan jadwal padat tiap minggu, latihan berat bahkan membosankan, serta kritikan tajam ketika tak mampu menampilkan permainan gemilang. Kenikmatan dalam bermain seketika sirna begitu saja.
Belum lagi sosial media yang memperburuk suasana. Sebelumnya para komentator sepak bola memainkan permainan penting dalam memproduksi informasi seputar olahraga ini, tapi sekarang semuanya bergeser.
Semua penggila bola bisa mendapat informasi dari sosial media, bahkan mampu memproduksi konten itu sendiri. Melalui cara ini, mereka kerap memberi kritik pedas kepada individu. Inilah masalah besar yang dihadapi Mason Greenwood.
Pemain internasional Inggris ini mendapat banyak kecaman dari fan terkait masalah kekerasan kepada kekasihnya. Meski Februari lalu, pengadilan telah membersihkan namanya, tapi sosok Mason Greenwood kadung di cap sebagai orang yang bersalah oleh publik.
Sepak bola modern tak ubahnya petak pencari cuan. Ladang yang digarap sangat megah untuk tujuan komersial semata. Permainan yang dulunya dijadikan tempat meluapkan amarah dan kejenuhan jadi ceruk itu sendiri.