Tim-tim besar yang memiliki pemain bintang bisa kalah dari tim kuda hitam. Eropa pernah diguncang dengan dongeng ajaib dan misterius dari kisah Leicester City ketika memenangkan Premier League 2015/2016. Hasil ini mematahkan semua prediksi yang diperah dari analisis seluruh kontestan liga.
Prediksi komputer super pada musim itu menilai Arsenal akan tampil sebagai juara, sedangkan The Fox berada di posisi 6. Lagi, big data menunjukan mukanya sebagai sebuah variabel yang tak perlu dipercaya sepenuhnya karena faktor yang disebut sebelumnya memiliki porsi dalam sebuah prediksi.
Di sini menunjukkan kalau angka dan big data tak memberi jawaban pasti dalam sepak bola. Angka yang dijabarkan bukan mantra menuju kesuksesan, keduanya hanya pemandu menuju jawaban yang tidak 100 persen bisa terjawab. Sebuah alat yang berguna untuk mendukung penilaian.
Pada akhirnya mantra dari sebuah kemenangan ditentukan pula oleh karakter, kepribadian, ikatan batin, kerja keras, kebersamaan, dan tentu saja keberuntungan. Hal inilah yang secara tak sadar membuat penggemarnya penasaran untuk melihat hasil akhir sebuah pertandingan.
Kehadiran big data tak melepas predikat sepak bola sebagai olahraga yang dibuat dari berbagai kesalahan hingga percampuran emosi yang dibumbui keberuntungan. Hal ini membuatnya tetap mendebarkan karena permainan ini masih lakoni oleh manusia.