Sejak usia muda Hojlund telah menampakkan bahwa dirinya adalah ancaman di lini depan dan dapat diandalkan. Dalam beberapa situasi, dia sering membawa bola melewati lawan hingga menciptakan momen satu lawan satu dengan kiper di dalam kotak 16.
Terdengar egois memang, tapi ini adalah cara seorang predator untuk mencetak angka. Bermain satu lawan satu dengan kiper membuatnya memiliki harapan lebih tinggi untuk mencetak angka karena dirinya sudah dekat dengan gawang tanpa gangguan dari bek lawan.
Dalam ulasan singkat barusan, tindakan ini terlihat simple dan mudah, tapi perlu kecepatan dan kekuatan untuk ciptakan momen ini. Namun yang paling menonjol dalam upaya tersebut adalah ketenangannya, bahkan seorang penyerang berpengalaman saja kadang melakukan upaya terburu-buru dengan melepaskan tembakan dari luar kotak penalti dalam situasi ini.
Setelah kepindahannya ke Atalanta pada musim panas tahun lalu, dia tetap memainkan perannya sebagai predator lini tengah yang biasa merangsek masuk ke kotak penalti. Dia suka memanfaatkan ruang kosong untuk menceploskan bola.
Melihat kepindahannya ke liga yang lebih kompetitif dan usianya yang masih muda, menampakkan kecerdasannya untuk merepresentasikan permainannya. Seperti seorang penyelam di lautan, dia suka mengeksplor berbagai daerah baik sisi kanan maupun kiri permainan.
Lapangan adalah lautan lepas baginya yang menjadi ruang tempatnya bermain tanpa melupakan tugasnya sebagai seorang penyerang tengah. Selama di Atalanta pemain asal Denmark ini menjadi pemain yang suka melebar untuk memberi ruang bagi rekannya dan mencari bola.
Dia bahkan tak segan untuk melakukan counter press demi merebut bola dan menjemput bola hingga lini tengah. Namun setelah timnya memenangkan si kulit bundar, dia bergegas kembali ke area tengah serangan dengan kecepatan serta kekuatan, tak lupa kemampuannya dalam gerakan tanpa bola yang membuatnya mampu melepaskan diri dari kawalan lini belakang lawan.
Selama bermain di Serie A, dia berhasil mencatatkan 1.832 menit bermain dengan menceploskan 9 gol dari xG 9,5 serta xG rata-rata pertembakannya mencapai 0,18 persen seperti yang dia tunjukan di Strum Graz. Hojlund hanya melakukan 3 kali percobaan tembakan di luar kotak penalti, ini menunjukkan kalau dia ingin memastikan efektifitas permainannya dalam menceploskan bola.
Musim lalu ia mampu menciptakan xG per 90 menit mencapai 0,47. Dia hanya kalah dari 10 orang lain di Serie A untuk urusan ini. Sedangkan 24 persen usahanya dalam menceploskan bola dilakukan dengan sundulan. Sepakan kaki lemahnya yakni kanan mencapai 25 persen.