Manchester United resmi mengumumkan Mason Mount sebagai rekrutan pertamanya pada bursa transfer musim panas 2023/2024. Dia merupakan gelandang serba bisa yang nampaknya tak terlalu diharapkan oleh penggemar Setan Merah.
Musim lalu Mount bermain untuk Chelsea, sayangnya dia tak memberikan dampak signifikan pada klub asal London tersebut, keadaan ini membuat banyak fan ragu dengan kemampuannya. Pemain internasional Inggris ini juga bukanlah bintang lapangan, namanya jarang dibicarakan.
Pemberian nomor punggung 7 kepadanya makin menambah nada sumbang dari para penggemar, sebab angka ini sangat kramat dan hanya diberikan pada pemain spesial milik MU.Â
Fakta bahwa dalam beberapa musim ke belakang belum ada pemain yang mampu bermain bagus mengenakan nomor ini adalah faktor lain dari keraguan penggemar.
Namun sebenarnya Mount merupakan berlian yang musim lalu mengalami periode buruk. Kedatangan banyak pemain baru dan pergantian dua pelatih dalam satu musim membuatnya sulit beradaptasi. Apalagi jika diliat secara keseluruhan, permainan Chelsea terbilang buruk dengan menempati posisi 12 pada klasemen akhir.
Kegagalan pasca satu musim merupakan hal wajar dari seorang pemain muda sepertinya. Masih berumur 24 tahun, dia menjelma sebagai jenderal yang bertarung di banyak area lini tengah Chelsea. Sejak menjalani debut pertamanya di tim senior The Blues pada 2019, stastistiknya terlihat menanjak hingga musim 2022 lalu.
Pada tiga musim tersebut Mount berhasil mengoleksi 105 penampilan Liga Premier dengan 44 keterlibatan gol. Dia hanya kalah dari Kevin De Bruyne dari Man City (74) dan Fernandes (61). Fakta jumlah penampilannya yang tinggi selama tiga musim beruntun menjadi nilai tambah yang menunjukkan kalau dirinya memiliki fisik prima di atas lapangan.
Kehadirannya di tim utama Chelsea musim 2019 tak lepas dari kejeniusan Frank Lampard yang ditunjuk sebagai manajer. Dia yakin dengan potensi anak muda satu ini, tapi penampilan paling menawannya makin terlihat ketika Thomas Tuchel datang.Â
Dia menjadi pemain nomor 10 dengan areal sempit, diapit oleh dua penyerang sayap dan berdiri di belakang penyerang tengah, ia diminta bermain di sepertiga akhir oleh manager asal Jerman.
Hasilnya selama dua musim di bawah kepemimpinan Tuchel dia mampu menciptakan 145 peluang yang membuatnya berada di posisi lima untuk daftar tersebut di Liga Inggris. Ia berada di posisi empat untuk assist yang diharapkan (13, 8) dengan total 15.
Angka-angka tadi menunjukan kalau Mount adalah pemain kreatif yang mampu memberikan garansi assist maupun gol buat Manchester United. Statistik lain yang mencengangkan hadir dari kemampuannya untuk menekan lawan di sepertiga akhir.
Dia jadi motor dalam tekanan agresif Chelsea di bawah Tuchel dengan peringkat 21 di liga dengan 40 kali merebut bola dari sepertiga akhir pertahanan lawan atau 10 kali lebih banyak dibanding pemain The Blues lainnya.Â
Keberhasilan ini sering membuat lawan membuat umpan panjang secara terburu dan memaksa timnya kehilangan bola. Ia bahkan nyaman untuk mengejar bola melintasi lebar lapangan.
Eric Steele yang jadi salah satu staf kepelatihan Timnas Inggris dalam Piala Eropa U-19 bersama tahun 2017 mengungkapkan kalau Mount punya kelebihan dalam melakukan tekanan di sepertiga akhir pertahanan lawan. Pada saat itu ia menjadi pemegang kendali dalam melakukan tekanan.
"Kami biasa memasang jebakan, Mason seperti itu. Jika kami kehilangan bola, dia akan mengatur tekanan. Dia akan tahu dan pergi lebih dulu, mereka semua akan mengikutinya. Kami akan melakukannya dalam pelatihan tetapi dialah yang tahu bagaimana mengatur pemicunya,"
"Dia akan memimpin dengan memberi contoh atau berkata, 'Saya pergi', dan dia akan pergi. Anda selalu membutuhkan seseorang yang melakukannya atau mengatakannya. Dia melakukan keduanya. Mount tahu persis ke mana harus pergi dan tertinggal di belakang,"
"Dia tahu permainannya, dia adalah pemain yang sangat cerdas. Dia bisa mencetak gol. Dia salah satu dari 10-an paling sempurna yang pernah saya lihat. Dia adalah garis depan kami, maestro kami, dia mengatur nada, bagus dengan kedua kakinya. Kemudian dia bisa melihat umpan, yang penting, dan dia akan melampaui pemain depan," ungkapnya kepada The Athletic.
Atribut tersebut sangat berguna bagi permainan MU bersama Ten Hag. Pelatih berkepala plontos tersebut suka memainkan pressing kepada pemain lawan. Ia ingin anak asuhnya cepat merebut bola dan melakukan tekanan dari daerah pertahanan lawan untuk menghancurkan bangun serangan musuh.
Seperti yang dikatakan Steele, Mount adalah pemain yang memiliki kemampuan umpan yang brilian walau bukan yang terbaik di liga. Dia mampu memberi umpan panjang ke depan serta trobosan yang hasilnya telah terlihat pada data musim 2020 hingga 2022 di atas.
Musim terakhirnya di Chelsea bahkan terlihat bahwa Mount sering memberikan umpan silang dari sisi kiri permainan tim. Keahlian tersebut menjadi atribut tambahan dalam segi pemberian umpan yang dimiliki sang pemain.
Sedangkan pada musim 2021/2022 dia mampu menciptakan 24 peluang dari sisi kanan kotak penalti permainan lawan, ini menandakan kalau kedua kaki Mount bisa digunakan.Â
Kemampuan teknis dan ketangkasannya membuatnya mampu mengalirkan maupun mengamankan bola tanpa ada batasan sudut serta ruang sambil menjaga jarak antar rekan setim lainnya.
Kemampuan tersebut dipadukan dengan kemampuannya menjaga jarak antar rekan setim. Gaya bermain tersebut sesuai dengan Ten Hag di Manchester United karena ia merupakan pelatih yang suka melakukan bangun serangan dari belakang dengan memanfaatkan kelebihan pemain sebagai opsi pemberian umpan.
Pemain akademi The Blues ini memberikan warna berbeda melalui kemampuan yang jarang dimiliki pemain lain yakni pergerakan tanpa bola. Dia mampu memanfaatkan ruang kosong antar lini permainan lawan untuk memberikan celah bagi pemain lain. Penempatan posisinya selain mengecoh juga memberi ruang pada dirinya sendiri untuk memberi ancaman kepada kiper lawan.
Mount tak jarang terlihat berada di tengah lapangan maupun di depan bek tim sebagai penerima umpan serta filter dalam menangkal serangan lawan. Dia merupakan pemain yang bergerak aktif di lini tengah bahkan depan.
Dari semua data yang dijabarkan tadi menunjukkan kalau Mount bakal menjadi pemain kunci dalam permainan passing Ten Hag di lini tengah lalu menjadi jembatan dalam operan ataupun membawa bola sendirian ke depan.
Dilihat dari segala bakat yang dimilikinya, Mount merupakan tenaga bagus buat MU. Selama ini Ten Hag mengandalkan trio lini tengahnya yakni Bruno, Casemiro, dan Eriksen yang baru mengalami sekali kekalahan saat ketiganya dimainkan.
Seandainya salah satu pemain tersebut tak dimainkan maka kualitas lini tengah MU sangat jauh menurun. Mount akan bagus sebagai pemain yang menambal jarak kualitas pemain utama dan pengganti.
Ia bisa dipasang sebagai nomor 10 di MU menggantikan Bruno yang perlu diistirahatkan atau menggeser posisinya di sayap kanan maupun kiri permainan. Namun melihat komposisi yang ada, sepertinya ia akan ditempatkan sebagai gelandang nomor 8 menggantikan Eriksen yang musim lalu mengalami beberapa masalah kebugaran mengingat ia merupakan pemain versatile.
Segala kelebihan yang dimiliki Mount dapat diaplikasikan dalam pola permainan Ten Hag di MU, karena ia suka menggunakan pemain nomor 8 yang bisa membawa bola maupun mengumpan, kreatif, dan bugar selama 90 menit untuk memberi tekanan pada pemain lawan.
Ten Hag sering memasang Casemiro sendirian di lini tengah sebagai banteng pertama dalam menangkal serangan lawan, sedangkan pemain nomor 8, maju memberi tekanan pada lini belakang lawan. Tugas Bruno yang selama ini menjelajah sepertiga akhir serangan bisa lebih ringan dengan kehadiran pemuda 24 tahun tersebut.
Jangan lupakan pula kalau Mount merupakan pemain utama dalam eksekusi bola mati The Blues, hal ini jadi nilai tambah buat MU untuk menciptakan gol lewat situasi tersebut.
Melihat potensi besarnya pada umurnya yang sekarang, tak salah kalau MU sangat ingin memilikinya sejak lama. Apalagi sang pemain masih bisa berkembang, bahkan menjadi jendral lini tengah MU di masa mendatang mengingat Casemiro dan Eriksen sudah berkepala tiga.
Sekarang Mount perlu fokus pada adaptasinya di MU sambil menjaga mentalnya menghadapi keraguan penggemar Man United serta cacian fan The Blues yang menganggap dirinya sebagai penghianat agar penampilannya kembali ke top performa dan sesuai harapan manajemen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H