Masyarakat dan media di Skotlandia menyambutnya dengan gegap gempita. Jalanan dipenuhi poster-poster tentang keberhasilan ini, sekaligus menasbihkan diri mereka sebagai juara dunia yang sesungguhnya.
Lonceng kematian dari turnamen ini mulai berbunyi pada 1980 ketika Iralandia Utara mengalami krisis sosial, pemberontakan terjadi dengan tuntutan keluar dari imperium kerajaan Inggris. Imbasnya negara peserta lainnya mengurungkan niat untuk melanjukan kompetisi, turnamen selesai begitu saja musim tersebut.
Konflik terus berlanjut beberapa tahun kemudian, sepakbola mendapat imbasnya. Penonton British Home Championship terus menerus menurun. FA Inggris mengkonfirmasi kalau musim 1983-1984 menjadi yang terakhir keikut sertaan mereka, pernyataan ini disusul oleh FA Skotlandia.
Edisi 1983/1984 jadi akhir dari gelaran yang mempertemukan negara-negara pertama. Uniknya di pada turnamen kali ini, keempat negara memiliki poin sama besar. Pemenang diambil dari selisih gol dan Irlandia Utara keluar sebagai pemenang dengan keunggulan 1 angka.
Hingga hari ini asosiasi sepakbola Irlandia menjadi negara yang menyimpan trofi bersejarah tersebut. Inggris keluar sebagai pemegang gelar juara terbanyak dengan 54 kali, 20 diantaranya menjadi kemenangan bersama.
Dibelakangnya ada Skotlandia dengan 41 kali juara, 17 diantaranya menjadi juara bersama, Wales 12 kali jadi jawara dengan lima kali jadi pemenang bersama. Posisi paling akhir dimenangkan oleh Irlandia Utara yang mampu memenangkan trofi sebanyak 8 kali, lima diantaranya sebagai juara bersama.
Suara kematian dari pengeras suara di langgar juga yang menyudahi artikel ini. Sebuah seruan untuk berkumpul menyolati jenazah hambaNya yang meninggal, dan liangnya belum kering hingga hari ini.
Jakarta, 29 Oktober 2022
D.A.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H