Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Rekonstruksi Manchester Merah Melalui Ratu Adil di Musim Dingin

12 Desember 2019   11:34 Diperbarui: 12 Desember 2019   23:01 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim dingin bisa jadi lawan kadang berkawan. Suhu dibawah 0 derajat celcius mungkin bumerang buat mahluk hidup, tapi begitulah alam memainkan perannya berlakon sebagai penentu suhu bumi sekaligus mengatur tinggi rendahnya permukaan laut.

Tak hanya alam, sepak bola sebagai entitas turut merasakan dampak musim dingin. Jadwal mundur akibat cuaca buruk hingga menarik laba melalui penjualan tiket dan rating siaran layaknya boxing day di Liga Inggris merupakan gambaran menarik tentang berkah yang turun bersama salju.

Memanfaatkan momen libur musim dingin dengan menampilkan para jago lapangan hijau pasti menguntungkan dari segi finansial, tapi mengkerdilkan identitas para pemain sebagai manusia dengan keluarganya yang saban libur panjang harus ditengok.

Musim dingin di industri sepak bola modern turut menandai awal jendela transfer tengah musim. Tidak sedikit klub memanfaatkan waktu tersebut untuk menjual maupun menambal beberapa lini yang masih lemah atau sekadar mempertebal kedalaman skuad demi gelar di akhir musim.

Alasan-alasan itu berlaku buat Manchester United, bahkan mereka membutuhkan tiap jendela transfer untuk memastikan kejayaan yang pernah dirasakan. Kelemahan pemain di banyak posisi, hingga rekonstruksi tatanan setelah ditinggal pergi manager legendarisnya, Sir Alex Ferguson menjadi segunung masalah.

Posisi United yang masih berkutat pada papan tengah klasemen Liga Inggris sepeninggal sang legenda dan kenyataan bahwa mereka bermain di kompetisi kedua Benua Biru, jadi saksi betapa carut marutnya wajah klub asal Kota Manchester ini.

Serangkaian kegagalan tadi membuat kenangan indah masa lalu terasa pahit. Sepeninggal Opa Fergie tahun 2013, MU belum memiliki suksesor hebat di kursi pelatih. Manager anyar seperti David Moyes, Van Gaal, hingga Jose Mourinho didatangkan, tapi tak ada sedikitpun yang berhasil menorehkan tinta emas.

Asa untuk bangkit kembali bergelora berkat kecemerlangan Ole Gunnar Solskjaer mengangkat performa Paul Pogba Cs. Permainan MU terlihat bergirah kala ia menjadi pelatih intern setelah menggantikan Mourinho pada pertengahan musim kompetisi 2018/2019.

Akhirnya direksi United melakukan perjudian besar dengan mengangkatnya sebagai pelatih pada musim 2019/2020. Sederet talenta muda didatangkan dan pemain akademi mendapat promosi untuk membangun pondasi baru yang dijadikan cetak biru, sebuah fondasi baru MU di masa mendatang.

Kebijakan transfer tersebut memabukan fan akan mimpinya bercerita soal trofi di penghujung musim perdana Ole. Apalagi pria asal Norwegia ini merupakan legenda klub dan cetak biru kesuksesan Fergie di medio 2000an.

Dana transfer sebesar 150 juta pounds (Rp 2,66 triliun) telah digelontorkan manajemen untuk membeli pemain muda berkualitas dan pemain jadi seperti Aaron Wan-Bisakka dari Crystal Palace, Daniel James (Swansea City), dan Harry Maguire (Leicester City).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun