Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Film "Penumpasan Penghianatan PKI" Boleh Diputar, tapi Diskusi Dibungkam

18 September 2017   20:40 Diperbarui: 18 September 2017   20:56 3053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menghalang-halangi diskusi soal G30S merupakan salah satu bukti bagaimana pemerintah menghalalkan penyesatan berfikir kepada masyarakat. Karena kebenaran seputar peristiwa itu hanya dimonopoli oleh negara, seperti saat Soeharto berkuasa. Masihkah negara ini dikatakan demokrasi?

Monopoli kebenaran yang dipegang oleh pemerintah memiliki dampak buruk, terutama untuk masa depan masyarakat. Mereka tak dapat berfikir terbuka saat menemukan fakta baru soal sebuah peritiwa. Dan akhirnya masyarakat akan bertindak represif, tidak dapat menerima kritik seperti kasus "hantu PKI" sekarang.

Selain itu, peradaban sebuah negara akan hilang. Ilmu yang harusnya didapat masyarakat generasi terbaru tak ubahnya seperti orang tuanya. Contohnya mudah, jual beli buku di Indonesia semakin mudah. Pelarangan buku tidak terjadi seperti Zaman Orde Baru. Buku-buku yang dulunya dilarang berjudul "Penghancuran PKI dan Dalih Pembunuhan Masal" kini bisa didapat untuk mengetahui bagaimana peristiwa G30S itu terjadi. Namun tidak semua masyarakat mempercayainya, bahkan yang paling parah adalah tidak membacanya.

Padahal dua buku tersebut dapat menjawab perdebatan-perdebatan menyoal PKI dan peristiwa G30S. Anak-anak sekarang sering terdoktrin oleh kata-kata orang tuanya yang "jijik" dengan komunis, anaknya pun mengikuti. Dua bukti peradaban kelam Indonesia tak ubahnya"sampah" di negaranya sendiri. Karena itulah saya ingin mengakhiri artikel ini dengan kata-kata Joseph Brodsky:

"Ada kejahatan yang lebih buruk dari membakar buku, salah satunya adalah tidak membaca buku"-Joseph Brodsky-

D.A

Palmerah, 18 September 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun