Hari semakin larut, suara alam jelas makin terdengar berkat berkurangnya volume kendaraan dan pengunjung yang lalu lalang. Babe menyuruh kami ke lokasi selanjutnya yaitu pohon kembar. Pohon ini adalah dua pohon yang berdekatan dan banyak orang merasakan adanya makhluk lain di sana. Tapi kami berempat tidak terlalu tertarik wisata dengan pohon itu, kami lebih tertarik menguji nyali di sumur tua.
Sumur tersebut sudah ada sejak zaman Jepang dan airnya sering digunakan untuk menyiram kuburan. Dari lima sumur yang ada di TPU Jeruk Purut, hanya sumur ini yang airnya tetep mengalir walau musim kemarau. Jika air di sumur itu habis, tak perlu menunggu lama air akan muncul dengan sendirinya.
Entah manusia memang memiliki tingkat kepekaan tersendiri terhadap dunia lain ayau tidak, tapi feeling kami benar. Kami mengalami lebih banyak fenomena gaib. Mulai dari wewangian kembang hingga kaki saya yang berat dilangkahkan.
Teman saya mengaku melihat bayangan hitam di sana. Bahkan sebelum kami berada di lokasi sumur, ada perempuan dari rombongan lain yang berteriak, bertanya pada rekannya di belakang tentang sosok yang mengikutinya dari lokasi sumur tua.
Puas dengan fenomena gaib di sumur tua, kami melanjutkan perjalanan ke pohon benda. Pohon besar yang mirip pohon beringin ini dikenal sebagai tempat paling menyeramkan di TPU Jeruk Purut. Namun sayangnya kami harus menunggu sensasi gaib di sana karena telah banyak wisatawan lain yang sedang berdiam diri menguji nyali di sekitar pohon tersebut.
Kami berempat menunggu di dekat pohon sambil berharap bisa melihat yang kami ingin lihat. Namun yang terjadi malah di luar dugaan, ada suara-suara tertawa terdengar. Ternyata suara itu berasal dari teman saya yang sedang berkelakar tentang fenomena "eta terangkanlah" jadilah kami semua menahan tawa.
Teman saya lainnya malah mengeluarkan cemilan dari tasnya, lumayan lah untuk menemani pagi yang sejuk. Mungkin hantu yang kami tunggu untuk menampakan diri sedang mengamati kami semua sambil berbicara dalam bahasa mereka tentang kebodohan manusia yang saking kurang kerjaannya datang ke TPU Jeruk Purut.
Rombongan yang sebelumnya sudah ada di area pohon benda kembali ke jalan utama, mungkin karena terganggu dengan tingkah kami. Jadilah kami tinggal berempat di sana. Kali ini kami lebih santun, tidak ada tawa, hanya obrolan singkat yang keluar.
Sensasi yang kami tunggu akhirnya muncul, awalnya kami dilempar batu dari atas pohon. Dari suara benturannya dengan tanah, sepertinya diameter batu itu cukup besar. Kemudian, salah satu dahan di pohon yang berada di depan pohon benda bergerak sendiri padahal tidak ada angin.
Saya dan seorang teman beberapa kali melihat penampakan mahluk halus. Puncaknya saya melihat hantu yang biasa disebut kuntilanak merah katena berjubah merah yang terbang dari satu danan dan masuk ke dahan lainnya.
Akhirnya satu persatu teman saya tumbang, dan perjalanan saya malam itu harus diakhiri karena dada saya semakin sesak. Tiba di jalan utama, ada seorang yang lari ketakutan dari arah pohon kembar sambil memanggil Babe. Menurut pengakuannya, ketika mengucap salam, salamnya dijawab oleh "penghuni" di sana.