Begitulah seharusnya jurnalis bekerja, sebagai pengedukasi warga dan penyambung antara pemerintah dan rakyatnya. Bukan seperti sekarang, banyak dibungkam oleh kepentingan penguasa dan pemilik media. Jika pengunggah video dan pewarta tidak ada, tidak mungkin masyarakat tau tentang apa yang terjadi di daerah lain.
Dulu ketika masih duduk di bangku kuliah, dosen saya pernah bercerita tentang sebuah foto yang diambil oleh seorang jurnalis foto. Gambar itu menunjukan seorang anak di Ethiopia sedang duduk meringkuk dan diintai oleh seekor burung nazar. Insting hewani burung pemakan bangkai itu menunggu sang anak mati, karena instingnya berkata bahwa tak lama lagi sang anak yang tinggal kulit dan tulang itu akan menjadi santapannya.
Apa sang juru foto mengusir burung dan memberi sang anak makan? Tentu saja tidak. Ia mengambil gambar dan menyebarkannya ke seantero bumi untuk mengabarkan kondisi di negara termiskin tersebut agar masyarakat dunia mau membantu. Bukankah kini negara di Benua Afrika itu telah banyak mendapat bantuan dari berbagai kalangan?
Apakah Anda masih tertarik menjadi pewarta yang kerjanya terkadang bertentangan dengan hati nurani ditambah beban dan tekanan yang berat serta pendapatan yang, ah sudah, tak usah dikata. Sebab, kuli tetaplah kuli dimata kapitalis!
D.A
Jakarta, 22 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H