Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesurupan dan Pesugihan, Kebudayaan Penohok Logika Modern

12 Januari 2017   19:31 Diperbarui: 12 Januari 2017   20:02 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pemujaan di Candi Prambanan (Dokumentasi Pribadi)

 Mengapa logika moderen lebih maju dibanding logika tradisional? Karena banyak ahli beranggapan bahwa logika tradisional menghambat kemajuan satu bangsa dan hanya menghasilkan masyarakat kelas dua yang lebih banyak menjadi objek dibanding subjek. 

 Padahal banyak sekali gesekan antar pemerintah dan masyarakat akibat kurangnya kajian berlandaskan kebudayaan dibanding penggunaan kajian bernafaskan ekonomi. Gesekan petani Rembang dengan pemerintah akibat pembangunan pabrik semen dan petani majalengka akibat megaproyek pembuatan bandar udara di Majalengka menjadi bukti sahih bagaimana kurangnya kajian kebudayaan yang terbengkalai mengakibatkan satu konflik vertikal. 

Sebagai sebuah bangsa kaya akan nilai budayanya, Indonesia harus melihat budaya termasuk kesenian tradisional didalamnya bukan sebagai warisan leluhur yang perlu dilestarikan tetapi menyangkut beberapa kelompok masyarakat yang tergantung padanya. Oleh karena itu budaya harus dihindarkan dari ancaman kepunahan. 

 Pendidikan sebagai nilai dasar manusia untuk berkembang harus dicampuri dengan sedikit bumbu logika tradisional yang tak melulu soal kesurupan dan pemujaan. Karena dari budaya (pertunjukan rakyat) masyarakat memahami kembali nilai-nilai dan pola perilaku yang berlaku dalam lingkungan sosialnya (Umar Kayam). Nilai-nilai ke-Indonesiaan itulah yang kini luntur tergerus arus globalisasi dan modernisasi, itulah tantangan besar masyarakat modern. 

 Kita ditutuntut menjadi bagian dari kosmopolit yang tak melupakan akar budaya bangsa sendiri. Seperti kata Bung Karno, Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya! Dengan pendidikan sebagai pintu gerbangnya. 

 

D.A

Karang Pola

12 Januari 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun