Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Catatan Seorang Italia di Tanah Para Pendekar

11 Desember 2016   22:08 Diperbarui: 12 Desember 2016   01:22 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokuemntasi pribadi

Elio Modigliani adalah seorang penjelajah sekaligus ilmuan asal Florance, Italia. Demi cita-citanya mengeksploitasi Nias selatan, ia rela tinggal disana selama April hingga September 1886. Melalui perjalanannya, Elio Modigliani berhasil mengungkap kebudayaan yang ada di Nias Selatan mulai dari seni kerajinan, legenda, lagu tradisional, teknik peperangan, pengobatan tradisional, dan lain-lain. Pelesirannya ke tanah para pendekar tersebut akhirnya dibukukan dengan judul Viaggio a Nìas (Perjalanan ke Nias) yang dipublikasikan pada 1890.

Perjalanan tersebut menjadi menarik tatkala Nias saat itu dikenal sebagai daerah dengan suku-suku yang memiliki kebiasaan memenggal kepala. Bahkan saking terkenalnya kebiasaan itu, banyak penjelajah tidak berani menginjakan kaki disana. kehebatan suku-suku disana membuat tentara Belanda tidak pernah berhasil menduduki daerah tersebut.

Anehnya, Elio dengan leluasa keluar masuk daerah tersebut dengan ditemani empat pemburu sewaan dari Jawa tanpa ada cacat sedikitpun. Elio juga berhasil membawa beberapa barang penting seperti persenjataan, tumbuhan dan hewan, serta 26 tengkorak manusia yang saat itu dipandang sebagai barang berharga di Museum Nasional Antropologi dan Etnografi di Florence.

Catatan yang ‘hilang’ milik Elio tersebut mengilhami Vanni Puccioni menelusuri jejak perjalanan sang suksesor di Nias Selatan. Ia melihat kehebatan Elio yang mampu keluar masuk desa tanpa cacat lewat penelusurannya mencari keturunan orang-orang kerajaan pada saat itu, buku berjudul Tanah Para Pendekar: Petualangan Elio Modigliani di Nias Selatan Tahun 1886 pun lahir.

Buku yang di terbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama tersebut pertama kali diluncurkan di Auditorium Pusat Kebudayaan Italia pada Selasa 6 Desember 2016. Lewat peluncuran buku ini, Vanni berharap masyarakat Indonesia khususnya Nias Selatan cinta terhadap sejarahnya.

"Saya berharap warga Indonesia dan nias menikmati buku ini karena saya mencoba menulisnya seperti buku petualangan serta novel jadi buku ini tentang segalanya," katanya.

Pria 67 tahun ini awalnya mendapatkan catatan Elio dari Pastor Johannes dari Ordo Kapusin saat ia membantu pembangunan Pulau Nias setelah dihantam Tsunami tahun 2004. Ketika membaca buku Elio, dirininya menemukan sejarah menarik didalamnnya.

"Untuk itu saya memutuskan mengikuti jejak Modigliani untuk mencari keturunan raja dan para prajurit desa-desa yang dahulu dikunjunginya. Melalui cerita-cerita mereka, mungkin saya dapat mengungkapkan misteri bagaimana Modigliani bisa bertahan hidup," lanjutnya.

Buku ini awalnya ditulis dengan Bahasa Inggris di catatan hariannya, kemudian dialih bahasakan kedalam Bahasa Indonesia. Penerbitan buku dalam Bahasa Indonesia inilah yang dipublikasikan pertama kali.

"Karena ini adalah rumah kalian. Selanjutnya akan dipublikasikan dengan Bahasa Inggris lewat E-Book," tambahnya.

Pria ini mengaku mengeksploitasi Nias untuk merampungkan bukunya selama empat tahun. Vanni berharap melalui peluncuran bukunya, masyarakat bisa saling mengerti mengenai kebudayaan-kebudayaan yang berbeda sehingga tercipta toleransi antar warga.

"Jika kamu berpikir tentang ini (masyarakat Nias) mereka adalah masyarakat yang berbeda, Mogliani saat sampai kesana (Nias) dengan pikiran kolonialnya tapi dia sanggup untuk belajar disana dari warga dan dia berubah seluruhnya karena dia membuka diri dan  dia berhasil mempelajari kultur dan mengerti kultur yang berbeda. Sikapnya sangat penting dicontoh untuk saling menghargai budaya," tutupnya.

Pria yang memiliki hobi menulis itu mengaku sedang mempersiapkan buku lainnya berjudul In The Time of Yellow Butterflies. Novel tersebut masih diilhami dari perjalanan Elio dengan tema perang dan cinta di Nias.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun