Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kotornya Pilkada DKI Bukti Kita Tidak Belajar Sejarah, Siapa yang Untung?

3 November 2016   16:42 Diperbarui: 3 November 2016   17:13 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4 November 2016 agaknya akan menjadi sejarah baru bagi negeri ini. Sejarah yang membawa negeri ini kepada kemerosotan berpolitik dan tenggang rasa. Sayang sekali kita sepertinya buta akan kesaktian Pancasila, lima sila yang luhur harus ternodai dengan aksi ini. 

Kemerosotan itu terlihat dari aksi masa yang akan dilakukan pada tanggal tersebut. Demonstrasi besar akan tersaji untuk menuntut pemenjaraan Ahok, sang pemimpin yang katanya kafir bagi para demonstran. 

Penuntutan melengserkan sang petahana bukanlah tanpa alasan. Mereka menganggap Ahok telah melecehkan Al-Quran. Walaupun Gubernur DKI Jakarta itu telah meminta maaf dan berinisiatif datang ke Polda Metro Jaya namun masa tetaplah beringas.

Mereka menuntuk Ahok untuk segera dihukum. Bahkan mereka mengancam ingin menduduki DPR jika tuntutannya tidak dikabulkan. Mungkin karena hal itu kepolisian terlihat sibuk untuk mengamankan aksi ini, TNI juga disiagakan jikalau aksi ini chaos. 

Saya tidak ingin membahas masalah ini dari sisi agama, karena saya merasa agama bukanlah sesuatu yang harus di perdebatkan apalagi dijadikan tameng untuk sebuah kepentingan. Saya pribadi meyakini Agama Islam dan agama apapun di dunia ini tak ada yang mengajarkan kekerasan atas dasar apapun. 

Sepengetahuan saya dalam surat Al-Maidah ayat 8 menyatakan bahwa kita tidak boleh berlaku tidak adil terhadap golongan manapun. Disana diserukan pula untuk tidak mengikuti kebencian atas sebuah kaum, karena berlaku adil merupakan represntasi dari ketakwaan. 

Sungguh saya tidak ingin memperdebatkan agama, saya hanya ingin memberikan sedikit pengetahuan saya soal Agama Islam. Intrepretasi kita yang berbeda soal sebuah ayat, menyebabkan banyak perdebatan yang terjadi diantara umat islam itu sendiri, percayalah.  

Sungguh palagan Pilgub DKI kali ini amatlah menjijikan. Padahal Pilgub kali ini harusnya kita sambut dengan antusias. Lihat saja para calon yang akan bertarung, mereka memiliki pengakuan dari bidangnya masing-masing. Petahana, mantan menteri, dan salah satu prajurit yang cinta dengan ilmu, semuanya ada di pertarungan kali ini. 

Tapi semua itu dinodai dengan isu SARA. Isu yang paling diharamkan dalam politik. SARA merupakan isu paling berbahaya, dengan isu ini sebuah bangsa akan terpecah belah. 

SARA merupakan masalah yang fundamental. Begitu mendasarnya isu ini, jika isu tersebut digesekan maka api perpecahan adalah pelajaran paling mahal yang akan diberikan. sehingga dengan menyentuh isu tersebut, banyak gerakan menakutkan akan bangkit, seperti fasisme dan genosida.

Fasisme dan genosida bisa terjadi lantaran isu SARA amatlah cepat mendapat panggungnya di hati masyarakat, apalagi di tengah masyarakat yang sulit berpikir rasional dan menjadi kaum mayoritas di sebuah wilayah. Seperti yang terlihat di Pilgub kali ini, Agama Islam digunakan sebagai mortir penghancur Ahok -lama kelamaan terbentuklah- walaupun pandangan ini sudah lama tertanam di masyarakat khususnya kelas bawah, stigma terhadap satu etnis dan minoritas agama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun