Ruang yang harusnya digunakan warga untuk berjalan jadi semakin mengecil, layaknya aliran Sungai Ciliwung yang kanan kirinya dibangun rumah dan dipenuhi sampah, alirannya jadi mandek sehingga lama kelamaan banjir. Masyarakat pengguna JPO juga begitu. Akibat ada yang membeli barang jualan si pedagang, lahan untuk masyarakat menyusuri JPO semakin mengecil, akhirnya tumpukan orang terjadi di titik yang terdapat penjual dan pembeli. Macet akhirnya tak bisa terelakan.
Adalagi JPO yang jarang sekali dilewati oleh warga. Hal ini terjadi lantaran di JPO tersebut rawan aksi kriminalitas dan kemalasan warga menggunakan JPO seperti yang sudah disebutkan diawal, Â menambah rentetan sepinya JPO. Contohnya banyak, tapi saya akan ambil contoh JPO di depan terminal Lebak Bulus.
Tahun lalu, JPO tersebut menjadi buah bibir karena terjadi aksi kekerasan seksual. Seorang wanita dipaksa memuaskan nafsu birahi pria di atas jembatan tersebut. Kondisi jembatan yang ditutupi papan reklame membuat warga di sekitaran JPO tak bisa melihat situasi JPO.
Saya yang dulunya berprofesi sebagai wartawan portal online di Jakarta mendapat banyak kisah soal kriminalitas yang terjadi disana. Ternyata kekerasan seksual di JPO tersebut bukan kali pertama terjadi.
Menurut penuturan pedagang es balok dan penjual tanaman hias yang melakukan aktifitasnya dibawah JPO tersebut, kekerasan seksual pernah terjadi sekitaran tahun 2013. Kala itu, wanita yang selesai menjalankan ibadah Shalat Tarawih dipaksa untuk melayani nafsu pria. Beruntung wanita itu teriak dan warga mendengarnya, alhasil tindakan bejat itu tidak terjadi akibat pelaku yang sudah melihat pergerakan warga menuju kearahnya.
Begitulah kira-kira penuturan warga. Walaupun tidak sama persis dengan wawancara saya tahun lalu, tetapi intinya seperti itu. JPO tersebut memang sangat sepi, karena saya mengalaminya sendiri. Saya menunggu pengguna JPO melintas namun selama kurang lebih 3 jam, hanya dua orang yang saya temui. Keduanya pun menuturkan hal yang sama, mereka takut karena JPO tersebut rawan aksi kekerasan.
Dari keduanya saya menemukan kasus pencopetan pernah terjadi. Bahkan ada dua orang yang terganggu kejiwaannya manjadikan JPO tersebut sebagai tempat persinggahannya. Lebih miris lagi ketika mengetahui keduanya sering memainkan penisnya sehingga membuat jijik warga khususnya perempuan.
Bagi seorang pewarta berita kriminal, insting melihat detil dilapangan perlu di perhatikan. Hal ini dilakukan untuk mencari fakta baru diluar kasus yang terjadi untuk mendukung data yang akan kita olah menjadi berita. Disamping penguasaan materi yang harus mempuni sehingga wsrtawan mampu memainkan isu dan selalu update seluruh kasus yang terjadi.
Insting harus bermain disini, melihat jumbal barang bukti yang tak hanya satu bisa jadi warga yang tak bertanggung jawab sering berkumpul di JPO untuk mabuk dan mengkonsumsi narkoba. Akhirnya saya mencari narsum baru yang 24 jam berada disana dan pilihan saya jatuh pada satpam sebuah ruko yang berada di seberang penjaja tanaman hias.
Darinya, saya menemukan banyak fakta bawa JPO itu sering digunakan oleh anak "Punk" untuk mabuk dan mengkonsumsi narkoba. Bahkan beberapa tahun belakang, ada dua orang dari kumpulan itu yang tewas overdosis. Namun menurutnya, warga tidak ada yang menolong orang itu karena telah geram atas kelakuan mereka selama ini.