Logan yang merupakan kepala redaksi di majalah asal singapura itu berpendapat “Saya lebih suka nama denganarti geografis saja— Indonesia—singkatan untuk pulau-pulau India atau kepulauan India. Jadi penduduk di kepulauan India menjadi orang Indonesia (hal 254).Logan sebenarnya mengusulkan tiga nama sebagai penamaan pulau Hindia.
Ia melihat tradisi India sangat kental kala itu, sehingga ia menyebut “the whole Indian Region” (seluruh daerah India yang menurut dia terbagi dua oleh Teluk Benggala dan bagian pulau-pulau di sebelah timur yang semuanya mengalami dengan langsung pengaruh India. Logan mengusulkan tiga nama, Ketiga nama yang diusulkannya adalah India, Ultraindia atau Transindiadan, dan Indonesia.
Ultraindia atau Transindia adalah wilayah yang lazim disebut Hindia Belakang mencakup seluruh daerah Asia Tenggara. Sedangkam nama Indonesia terdiri dari wilayak kita sekarang ditambah dengan Philipina, tanpa Irian Barat yang menurutnya masuk kedalam kategori Melanesia bersama dengan Australia. Selama 30 tahun, nama Indonesia menjadi “milik Logan” tetapi tahun 1881 nama Indonesia muncul di majalah Inggris bernama “nature”.
Lebih jauh, tepatnya padatahun 1925, seorang antropolog asal Belanda, J.P. Kliweg de Zwaar, menyebut J.R.Logan sebagai penemu istah Indonesia yang tertulis dalam bukunya “De Rassenvan den Indischen Archipel” (hlm. 146). Dalam bukunya tersebut, ia juga mengusulkan nama Indonesia dipakai untuk seluruh wilayah “Nederlandsch-Indie”, sehingga termasuk wilayah Irian Barat.
Nama “Indonesia sempat ditentang Commissie tot Herziening van de Staatsinrichting vanNederlands-Indie, tahun 1918. Karena, bagi pemerintah kolonial Belanda, nama tersebut sangat membahayakan. Indonesia nyatanya bukan sekadar “nama” tetapi mengandung ide revolusioner.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H