Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kudeta Turki: Model Kuno ala Amerika?

17 Juli 2016   05:23 Diperbarui: 17 Juli 2016   10:34 1367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat dunia kemarin di hebohkan dengan kasus kudeta yang di lakukan oleh militer Turki. Tetapi kudeta tadi hanya berlangsung beberapa jam lantaran pemerintah bersama rakyat berhasil meminimalisir pergerakan para pemberontak militer tersebut.

Turunnya rakyat Turki ke jalan untuk menggagalkan kudeta militer merupakan seruan dari Perdana Mentri Turki, Recep Tayyip Erdogan. tetapi apakah seruan itu yang menginisiasi rakyat menolak kudeta militer yang terjadi? Menurut saya tidak.

Rakyat sebenarnya geram terhadap tangup kepemimpinan Erdogan. Mereka menganggap kebijakan Erdogan dalam menjalankan roda politik Turki terlalu Islamisentris kalo boleh di katakan.

Sebut saja kebijakan-kebijakan yang di tempuh oleh Turki untuk melarang kebiasaan yang mengakar menjadi budaya warga Turki dalam minum-minuman keras dan sekularisme yang hilang di Turki dengan kebijakan wajib menggunakan jilbab. Warga Turki sangat menentang kebijakan-kebijakan tersebut.

Riki, atau minuman keras khas Turki merupakan sebuah minuman yang sering di hidangkan di bar- bar Turki. Tradisi meminum raki tadi sudah aja sebelum Turki memploklamirkan diri sebagai republik sekuler di tahun 1923.

Mustafa Kemal Atatruk lah militer pertama yang membawa revolusi pertama di Turki dan merubah wajah Turki menjadi Republik Sekuler. Dirinya berhasil menggulingkan Kekaisaran Ottoman yang pada waktu itu berkuasa di Turki karena Ottoman menyerah terhadap sekutu.

Kebijakan larangan soal minuman beralkohol berbuntut panjang, karena pemerintahan Erdogan memberlalukan pajak yang tinggi untuk minuman tersebut. Larangan pendirian bar salam radius 100 meter dari sekolah dan masjid sangat membebani pemilik usaha bar.

Kewajiban menggunakan jilbab juga di berlakukan kepada para mahasiswi dan parleman Turki. Warga yang geram dengan kebijakan ini menuduh pemerintah memiliki motif agama dalam menjalankan roda politik. Tetapi pemerintah berdalih kebijakan-kebijakan ini murni untuk kesehatan dan kebaikan warganya.

Pendidikan juga menjadi fokus utama pemerintahan Erdogan. Lagi-lagi fokus yang di tingkatkan oleh pemerintahan adalah membangun sekolah berbasis Islam. Turki yang memang di ploklamirkan sebagai bangsa sekuler oleh Atatruk sudah berbeda arah menjadi negara Islam di bawah pemerintahan Erdogan.

Dengan arah politik yang bergeser dari fondasi awalnya, rakyat Turki turun ke jalan menjalankan gelombang protes. Naasnya demonstrasi damai tersebut di tanggapi dengan sikap keras dari pemerintahan Erdogan. Seperti foto kejadian wanita Turki yang menentang kebijakan memakai hijab yang di semprotkan gas air mata oleh kepolisian dan foto tersebut menjadi viral di media masa.

Sumber Gambar: merdeka.com
Sumber Gambar: merdeka.com
Tindakan represif pemerintahan Erdogan tersebut menuai protes keras dari penduduk dunia termasuk Uni Eropa. Pembungkaman terhadap media juga di lakukan pemerintahan Erdogan, media massa di paksa untuk tidak terlalu "berani" memberitakan kebobrokan rezim di bawah Erdogan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun