Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jadikan Jurnalisme Warga Sebagai "Jembatan Kebenaran"

13 Juli 2016   05:04 Diperbarui: 13 Juli 2016   09:12 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetapi hal tersebut jika dilakukan penyegaran-penyegaran bisa jadi berakibat fatal. Misalnya saja jika jurnalisme warga mendapatkan akses luas dan mampu bertemu dengan pesohor negeri, mereka bisa saja menyalahgunakan akses tersebut. Yang tadinya mendapatkan informasi lebih terperinci dan jelas menjadi corong penguasa semata karena para jurnalisme warga tadi sudah disumpal kreativitasnya dengan uang.

Lalu kita lihat di beberapa paragraf tadi yang menyatakan soal perbedaan sudut pandang antara yang pro pemerintah dan kontra pemerintah, jika saya boleh mengatakannya. Jurnalisme warga harus jadi penengah antara keduanya. Bukan hanya penengah tetapi sebuah jembatan yang menyegarkan pandangan masyarakat terhadap kasus tadi.

Walaupun opini sering kali menyertai prosuk jurnalisme warga tetapi opini itu di rasakan langsung oleh pembuat produk jurnalisme warga tadi. Dengan pengalamannya serta mungkin saja jika beruntung para jurnalis warga tadi dekat dengan lokasi kejadian bahkan menjadi saksi kejadian membuat produknya sendiri dengan video dan foto yang real di lapangan sebagai salah satu penguat bahwa apa yang dibuatnya adalah sebuah fakta karena foto dan videonya dalah buatannya sendiri dan bercerita.

Kembali ke contoh kasus yang pro dan kontra pemerintah, jembatan yang dimaksudkan penulis adalah penghubung antar keduanya. Karena jurnalis warga berada di lokasi sehingga dekat dengan kejadian. Mereka juga bisa mengulik lebih jauh soal profil korban jiwa tadi mulai dari nama lengkap, umur, alamat, asal, tempat tinggal, dan riwayat kematian.

Kalau kita lihat dari kedua berita tadi tidak ada yang menerangkan dengan jelas profil dari masing-masing korban. Di sinilah faktor kedekatan yang menjadi pembeda utama jurnalis warga dan jurnalis konvensional bermain. 

Aktualitasnya juga terjamin jika para jurnalisme warga langsung menayangkannya di media massa tentunya di dikung dengan wadah yang pas karena teknologi di gadget sekarang sudah canggih dan mampu menjangkau hampir sebagian feature pendukung. Foto dan video ekslusif yang diambil langsung dari lapangan sudah menjadi modal besar faktor keabsahan liputan di samping narasinya.

Jurnalisme warga pada hakekatnya merupakan produk jurnalistik yang berbasis pada warga dan kekuatan utamanya adalah kedekatan tadi, sehingga jelas sekali jurnalisme warga sebenarnya tidak bisa dianggap remeh dan mari kita bangun jurnalisme warga untuk mengawal demokrasi. 

Baik demokrasi bagi dunia perpolitikan kita, maupun kebebasan pers sebagai perlambang jalannya sistem demokrasi di Indonesia yang seperti penulis utarakan di atas yaitu sebagai "jembatan". Jembatan yang menjembatani berita yang saling tuding, agar adanya penyegaran berita sekaligus mengawal jalannya kebebasan pers tadi agar tidak kebablasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun