Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Brexit: Ketika Kongsi Dagang Uni Eropa Runtuh, Bagaimana dengan MEA dan Indonesia?

27 Juni 2016   10:15 Diperbarui: 27 Juni 2016   12:51 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Seperti yang kita tahu bersama tanggal 24 Juni 2016 terjadi peristiwa yang menggemparkan dunia karena telah terjadi Brexit atau Britain Exit berarti keluarnya Britania Raya dari keanggotaan Uni Eropa. Keluarnya Britania Raya boleh dibilang perlambang lunturnya supremasi Uni Eropa di dunia.

Inggris sebagai inisiator keluarnya dari keanggotaan Uni Eropa memiliki pengaruh sangat besar bagi keberlangsungan Uni Eropa bahkan dunia, bagaimana tidak negara pencetus kapitalisme modern tersebut memiliki industri besar macam Jaguar.

Dengan keluarnya Inggris serta melihat peta kukuatannya, efek dominonya pasti di rasakan oleh negara lain di Uni Eropa bahkan dunia. Di Uni Eropa sendiri gelombang “latah referendum” kalau boleh disebut, melanda di beberapa negara Uni Eropa seperti Belanda dan Prancis.

Senada dengan Inggris, keduanya meresa pembentukan Uni Eropa membuat negaranya tidak bisa bertindak sesuai dengan kehendaknya. Dengan bergabung ke dalam Uni Eropa semua negara anggota wajib mendiskusikan semua peraturan di negrinya kepada forum. Uni Eropa memiliki kedudukan lebih tinggi di banding negara. Lebih ironi lagi, keduanya merupakan salah satu penggagas terbentuknya Uni Eropa.

Gejolak keluarnya negara-negara dari keanggotaan perserikatan juga terlihat dari tanah Britania Raya, Skotlandia yg mayoritas penduduknya memilih masuk ke Uni Eropa, ingin melakukan referendum untuk memperjuangkan kemerdekaannya dari Britania Raya. Mereka merasa jika keluar dari keanggotaan Uni Eropa, perdagangan negaranya akan terhambat dengan mahalnya pajak yang dibebankan negaranya jika ingin berdagang dengan negara anggota Uni Eropa.

Uni Eropa adalah sebuah gagasan yang di bentuk oleh enam negara yang terdiri dari Belanda, Belgia, Italia, Jerman, Luxemburg dan Prancis. Keenamnya sering melakukan pertemuan-pertemuan dan menghasilkan banyak kesepakatan. Pembuatan Uni Eropa sendiri merupakan gagasan untuk menghentikan peperangan antar bangsa di Eropa.

Tujuan Utama dari pembentukan Uni Eropa adalah menciptakan perdagangan bebas. Keberhasilan Uni Eropa dalam hal perekonomian membuat minat negara Eropa lainnya untuk bergabung sehingga sekarang Uni Eropa beranggotakan 27 negara karena Britania Raya keluar dari keanggotaan.

indonesiapositif.com
indonesiapositif.com

Negara-negara di kawaan Asia Tenggara juga mengadopsi sistem seperti ini. Adalah MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN yang menjadi cita-cita negara yang ada di belahan Asia Tenggara tersebut.

MEA memiliki misi membentuk iklim ekonomi yang lebih merata di kawasan ASEAN dan mengembangkan ekonomi ASEAN agar lebih kompetitif di mata dunia. MEA juga diharapkan mampu menyerap modal asing yang dirasa menjadi solusi Asean untuk meningkatkan pendapatan negaranya.

MEA sendiri di cetuskan pada bulan Desember 1997 dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean di Kuala Lumpur, Malaysia. Seluruh pemimpin Negara Asean menyepakati adanya. Proyeksi terbentuknya MEA pada awalnya di bentuk pada tahun 2020 tetapi ketika pertemuan ASEAN Summit ke 12 terjadi kesepakatan baru. Negara-negara ASEAN menyepakati percepatan integrasi MEA menjadi tahun 2015.

Dengan keluarnya Britania Raya dari keanggotaan Uni Eropa menerangkan ada yang tidak beres dari terbentuknya wilayah dagang seperti Uni Eropa dan MEA di Asia Tenggara. Dengan mengadopsi cara-cara dan tujuan yang di lakukan Uni Eropa, MEA seharusnya belajar dari kesalahan Uni Eropa dan berujung keluarnya Britania Raya bahkan efek negara-negara lain di dalamnya akan keluar pula seperti Prancis dan Belanda.

Konsep penyatuan seperti ini sebenarnya adalah cara kuno. Karena pahlawan nasional semisal Tan Malaka pernah mencetuskan wilayah Indonesia mencakup daratan Thailand Selatan, Malaysia, Brunei Darusalam, Filipina, dan Singapura. Tetapi tujuannya berbeda, perserikatan yang marak di dunia dilandaskan pada ekonomi tetapi gagasan Tan didasari pada rasa senasib sepenanggungan seperti yang selanjutnya dicetuskan Bung Karno dalam Pancasila Sila Pertama yaitu kebangsaan Indonesia.

Dengan di berlakukannya MEA, semua peraturan apa lagi yang berpengaruh pada bidang ekonomi, harus didiskusikan bersama anggota MEA lainnya. Barang impor semakin menyerbu pasar dalam negeri, para pekerja dari luar negeri juga bisa berdatangan masuk ke dalam negeri dengan mudah.

Kemudahan-kemudahan tadi menjadi celah bagi Indonesia untuk mengembangkan perekonomiannya. Dengan MEA Indonesia bisa dengan mudah mengekspor barang dagangannya ke wilayah ASEAN. Indonesia juga bisa menyerap investasi lebih besar dari penanaman modal asing.

Populasi warga negara Indonesia juga menjadi tolak ukur, banyaknya warga usia produktif menjadi bonus Tuhan bagi Indonesia. Dengan maraknya usia produktif, Indonesia menawarkan SDM kepada investor, SDM itulah yg tidak banyak dimiliki oleh negara-negara di ASEAN.

Walaupun MEA bagi sebagian besar kalangan yang percaya dengan Hubungan Internasional memberi dampak positif bagi Indonesia, nyatanya MEA merupakan momok besar bagi Indonesia. Indonesia masih memiliki titik-titik lemah untuk bersaing pada konsep perdagangan bebas ini.

Kemudahan mengekspor barang menjadi kemudahan di berlakukannya MEA bagi Indonesia, hal itu juga berlaku bagi negara lain. Negara ASEAN lain memiliki kemudahan berdagang ke negara sesama ASEAN termasuk Indonesia, dengan itu Indonesia menjadi pasar baru bagi negara-negara ASEAN. Dengah tingkat konsumerisme yang tinggi membuat masyarakat indonesia dengan mudah menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang baru.

Pemikiran sebagian besar Warga Indonesia yang menilai satu barang lewat mereknya juga mempengaruhi. Merek dari luar negeri dianggap memiliki kualitas lebih baik dari pada produk lokal. Padahal banyak barang yang mampu bersaing di dunia internasional asal Indonesia. Saya ingat dengan orang tua dari kawan yang seorang pengrajin sepatu, sayangnya sepatu buatannya langsung dioper ke brand ternama, harganya pun melonjak tajam.

Bonus demografi Indonesia membuat banyak tenaga kerja yang tersedia. Tetapi nyatanya masih banyak usia kerja tidak dibekali dengan pendidikan memadai. Hal ini membuat "harga" dan kompetensi dari pekerja semakin menurun.

Perdagangan bebas mengakibatkan mudahnya pekerja dari wilayah ASEAN mencari pekerjaan di luar negaranya, bukan hanya ASEAN tetapi Tiongkok, Korea Selatan, dan India sebagai mitra ASEAN mendapatkan kebebasan yang sama begitu juga dengan pekerja dari Indonesia. Tetapi dengan tingkat kompetensi yang ada seperti digambarkan pada paragraf sebelumnya, apakah mampu pekerja Indonesia bersaing? Di dalam negeri saja terasa sulit bagai mana jika para pekerja ke luar negeri.

Sekarang telah marak datangnya pekerja asing ke Indonesia, walaupun gaung MEA belum terdengar deras tetapi masyarakat telah mengeluhkan gelombang serbuan tenaga kerja asing terutama berasal dari Tiongkok. Upah minim dan kompetensi lebih baik dari pada penduduk lokal, membuat tenaga orang-orang tiongkok ini lebih dioptimalkan. Pandangan stereotip menjadi ganjalan lagi, sebuah pemikiran yang diwariskan oleh Belanda memang sulit dihilangkan dari negri ini.

Stereotip tadi bisa saja membawa pergeseran sosial di masyarakat akibat kecemburuannya terhadap pekerja asing karena semakin banyaknya mereka masuk ke Indonesia. Semakin banyaknya pekerja dari luar juga memperkecil kesempatan kerja penduduk Indonesia.

Kesenjangan ekonomi bisa terjadi. Warga Indonesia yang tidak mendapat pekerjaan bisa menjadi kriminal, tingkat kriminalitas pasti akan meroket tajam. Jika semuanya benar adanya, perpecahan akibat kecemburuan pribumi dengan pekerja luar bisa membuat fatal pembunuhan dan pemberontakan bisa kembali terulang.

Bagaimana dengan kesempatan bekerja di luar negri? Seorang penerima kerja pasti melihat calon pelamarnya lewat latar belakangnya terutama pendidikan dan keahlian. Di negara ASEAN salah satunya Singapura, memiliki sertifikasi tersendiri jika ingin bekerja. Semua calon pekerja harus mengikuti pelatihan untuk memenuhi standarisasi di sana.

Pendidikan Indonesia sendiri bukanlah yg terbaik di daratan ASEAN liat saja dari daftar 100 perguruan tinggi di dunia tidak ada nama perguruan tinggi indonesia di dalamnya. (Sumber)

Bisa jadihanya segelintir warga Indonesia mampu bersaing di luar negri. Atau lihatlah Britania Raya, di negara tersebut mayoritas penduduknya bekerja di posisi atas dan pekerja dengan posisi bawah adalah pekerja dari luar negri dan tergabung dalam Uni Eropa atau imigran.

Tingkat regulasi di Indonesia juga masih lemah. Dengan diberlakukannya pasar bebas, investor asing akan menjadi tombak ekonomi Indonesia. Regulasi yang kurang mengikat bisa saja eksploitasi kekayaan alam Indonesia, karena kita tahu bersama bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam berlimpah dan berbeda dari negara manapun. Bisa jadi kerusakaan alam menjadi momok besar selanjutnya.

Demonstrasi 1998 (www.dw.com)
Demonstrasi 1998 (www.dw.com)

Dengan penanaman modal asing, Indonesia akan terus menerus bergantung pada negara luar, imbasnya pun pernah kita rasakan tahun 1998. Akibat krisis moneter yang melanda dunia dan kebijakan Presiden Soeharto pada waktu itu memberikan keleluasaan investasi bagi asing membuat ekonomi Indonesia kolaps karena pemodal asing mulai menarik diri dari Indonesia.

Gelombang pemecatan masal atau PHK terjadi di Indonesia. Masyarakat yang geram melakukan demonstrasi, penjarahan dan pencurian terjadi di mana-mana. Ekonomi Indonesia terus merosot dan berujung pada "pengunduran diri" jika ditinjau dari pidato terakhir Soeharto di Istana Negara.

Era Presiden Soekarno dengan taglinenya yaitu Berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri, Indonesia sudah mengenal modal asing. Tetapi jumlahnya tidak banyak dan disertai regulasi tinggi negara, sehingga negara mampu mengawasi perkembangan investasi.

Tercatat negara adikuasa seperti Amerika dan Rusia menjadi investor Indonesia pada saat itu. Tengok saja Gelora Bung Karno pendanaannya berasal dari Uni Soviet dan Sarinah maupun Hotel Indonesia merupakan buah dari pembeerian izin tambang logam di bengkulu Pemerintah Indonesia kepada Amerika Serikat.

Pancasila sebenarnya menentang Pasar perdagangan bebas yang merupakan satu bentuk neokolonialisme atau penjajahan model baru. Dalam pasar perdagangan bebas, kekayaan dan pergerakan negara sabgat dibatasi untuk kemakmuran bersama anggota komonitas.

Penjajahan itu pula membuat Indonesia menjadi sebuah bangsa sebuah state karena rasa senasib sepenanggungan akibat penjajahan. Penjajahan merupakan bentuk kapitalisme yang dilandasi oleh perdagangan bebas atau mengambil bahasa Bung Karno ekonomisch liberalisme. Karena itulah bangsa kita dijajah, sayangnya MEA telah ada, perdagangan bebas pun siap tersaji dan Indonesia akan kembali terjajah.

577099f724a9d555488b456a.jpeg
577099f724a9d555488b456a.jpeg

Lalu menjadi renungan kita apakah dengan keluarnya Britania Raya dari keanggotan Uni Eropa karena merasa haknya sebagai sebuah bangsa diambil tidak memperlihatkan kekuatan pancasila yang digagas oleh Bung Karno untuk Menentang penjajahan model apapun?

Kali ini kita lupakan Indonesia dan berbicara soal MEA dan Uni Eropa secara keseluruhan. Kita musti ingat dengan kejadian Yunani yang dianggap sebagai negara gagal. Yunani dinyatakan oleh otoritas dunia sebagai negara bangkrut karena ekonominya yang tidak stabil. Mata uang mereka mendadak tidak berharga dan banyak turis asing kebingungan untuk kembali ke negeri asalnya. Negara anggota Uni Eropa sibuk menalangi hutang negeri Para Dewa tersebut pada bank dunia.

Pembentukan mata uang Euro sebagai mata uang yang di pakai oleh anggota Uni Eropa menjadi satu keberhasilan sekaligus kemunduran. Apa sebabnya? Karena negara seperti Inggris tetap menggunakan Poundsterling sebagai mata uangnya.

Dari sana telah terlihat jelas bahwa pemegang kendali dari perserikatan Uni Eropa ini adalah negara yang memiliki “Bargaining Politic” atau nilai tawar seperti Inggris. Hasilnya adalah penghancuran negara lemah macam Yunani.

Sama halnya dengan hukum rimba menyatakan yang kuat akan menang dan yang lemah akan kalah berlaku di sini. Negara dengan nilai tawar kuat membuat segala bentuk peraturan dengan dalih "kebersamaan" bagi anggota Uni Eropa, kemudian semua anggota mengikuti, dan negara lemah terbawa arus karena tidak bisa bertahan dengan apa yang dimilikinya.

pulaukelangsole.wordpress.com
pulaukelangsole.wordpress.com

Contoh saja Yunani, akibat aturan ketat soal visa dan pendapatan pariwisata yang banyak dipotong mereka jadi lemah. Seperti yang kita ketahui bersama, Yunani merupakan salah satu negara penjual pariwisata di Eropa sama halnya dengan Britania Raya.

MEA akan menerapkan hal serupa, dan pasti hasilnya akan sama dengan Uni Eropa kini. Boleh jadi negara-negara industri semisal Malaysia dan Singapura akan merajarela tetapi negara seperti Indonesia yang masih kalah jauh dari kata ekonomi industri akan merana.

Jadi keluarnya Britania Raya dan gonjang ganjing seputar Belanda dan Prancis akan kelua dari keanggotaan Uni Eropa menunjukan betapa bobroknya sistem perdagangan bebas tadi. Lalu kenapa kita sebagai Masyarakat ASEAN berani mengambil langkah yang jelas-jelas semakin lama semakin terlihat kebobrokannya.

Di bagian akhir izinkan saya mengutip kata-kata seorang sastrawan Indonesia yang meninggal pada 30 April 2006 bernama Pramoedya Ananta Toer.

"Berbahagialah bagi dia yg makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri". -Pram-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun