Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kampung Bandan, Islam, dan Melayangnya 6.000-an Nyawa

20 Juni 2016   11:36 Diperbarui: 20 Juni 2016   11:46 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tak kenal dengan nama salah satu daerah bernama Kampung Bandan di Jakarta. Sebuah tempat yang terletak di kelurahan Ancol, Jakarta Utara dekat dengan Kota Lama atau Sunda Kelapa.

Kampung Bandan memiliki ceritanya sendiri dalam perkembangan Batavia. tempat ini merupakan bukti kekejaman VOC semasa menginjakan kakinya di Bumi Nusantara serta eksistensi Agama Islam di Batavia.

Bukan rahasia lagi bahwa Bangsa Eropa pada saat itu sedang gencar-gencarnya menerapkan kapitalisme yang berujung kolonialisme dan imperialisme ke Asia. Indonesia tidak luput dari perhatian mereka dalam menyebarkan keganasan itu.

Bangsa Eropa membawa misi penyebar luasan keuntungan dengan modal sekecil-kecilnya untuk menambah kas keuangan negaranya, karena pada abad 16-an perang sedang gencar-gencarnya berkecambuk. Mereka membutuhkan pendapatan lebih untuk menutupi modal peperangan.

Dengan keberhasilan Christoper Colombus mengarungi lautan, para saudagar Eropa mendapatkan akses ke Asia, sebuah tempat yang penuh dengan harta karun. Harta karun tersebut bukan emas atau permata, melainkan rempah-rempah.

Karena alasan itu Belanda datang ke Indonesia, alasan lainnya mereka melihat potensi Indoensia yang bisa di jadikan  pusat kekuatan mereka di Asia karena letak geografis Indonesia berada di tengah-tengah. Wilayah Indonesia juga memiliki beberapa pelabuhan yang ramai pada saat itu salah satunya adalah Pelabuhan Sunda Kelapa.

Tetapi karena keserakahannya, Belanda malah memfokuskan diri ke wilayah timur Indonesia yaitu kepulauan Maluku. Wilayah timur Indonesia ini memang memiliki pesonanya tersendiri mulai dari kekayaan laut dan daratannya, di sana pula pusat rempah-rempah bersemayam.

Karena keserakahannya tadi, mereka akhirnya menyadari Maluku bukanlah tempat yang tepat sebagai pusat kekuatan mereka di Asia sekaligus pengontrol perkembangan di Asia. Sehingga mereka mencari pelabuhan lain, akhirnya mereka memilih Sunda Kelapa sebagai daerah jajahan selanjutnya.

Penjajahan pun terjadi di Maluku, semua masyarakat di paksa untuk menanam remph-rempah, Tak terkecuali di Banda Neira. Tahun 1621 atau lebih tepatnya tanggal 18 Mei 1621 atas titah Gubernur Jendral Jan Pieterzoon Coen, pasukan VOC membunuh para orang-orang yang berpengaruh di Banda Neira. Mereka di bunuh karena pada masa kedatangan Belanda Ke Banda, Laksamana Verhoeven asal Belanda tewas akibat pecahnya pertempuran.

Selanjutnya jika mengacu pada buku yang berjudul “Masa Gelap Pancasila” sebanyak 6.000 nyawa melayang di Banda. Mereka meninggal karena meminta kenaikan upah penjualan buah Pala yang menjadi primadona di sana. Para petani merasa di rugikan dengan pendapatan mereka pasalnya mereka tau di Belanda harga pala sebesar dua puluh ribu gulden, naasnya petani hanya mendapatkan lima sen per kilo.

Beda buku, beda monumen yangt terletak di di Desa Kun, yang di ambil dari nama Coen, mengisakhan sebanyak 6.600 orang di bunuh di tempat itu, 789 orang di asingkan di Batavia, dan 1.700 orang meralikan diri ke sekitaran pulau.

Tahun 1633 Orang Banda di bawa ke Batavia, tetapi sayangnya mereka tidak mendapat perlakuan yang layak. Rantai mereka tidak di lepas hingga mereka sampai di satu lokasi tempat tinggal. Mereka di jadikan bodak oleh VOC di Batavia. Sebelum menjadi tahanan Belanda, mereka memeluk Agama Katolik karena pengaruh penjajah sebelumnya yaitu Portugis, namun mereka akhirnya pindah kepercayaan menjadi Protestan karena pengaruh Belanda.

Karena awalnya wilayah tersebut di khususkan untuk Orang-orang Banda, maka nama kampung tersebut menjadi Kampung Bandan. Nama Bandan di tambah huruf “n” menjadi Bandan, hal ini bisa di bilang sebagai kepemilikan wilayah sama dengan Kampung Pecinaan (punya orang cina) maupun Kampung Pekojaan (Arab).

 Bukan hanya soal pembantaian, Kampung Bandan juga terkenal dengan Masjid Al Mukaromah yang berada di Jalan Lodan Raya dekat dengan jalan tol Pluit-Tanjungpriok. Masjid ini sangat tersohor, banyak peziarah yang datang mengunjungi masjid yang di bangun tahun 1879.

Di Masjid yang dulunya bernama Masjid Keramat Kampung Bandan ini bersemayam tiga tokoh penyebar Agama Islam di Pulau Jawa abad 16 hingga 18-an . Mereka adalah Habbib Muhammad bin Umar Alkudsi, Habbib Ali Abdurahman Ba’adawi, dan Habbib Abdurrahman bin Alwi Asy-Syatiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun