Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah Tips Menghindari Padatnya Penumpang KRL Komuter

3 Juni 2016   14:44 Diperbarui: 3 Juni 2016   14:50 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemarin tanggal 02 Juni 2016 saat menaiki kereta jurusan Bogor dari Tanah Abang dijejali indahnya kerapatan di dalam kereta, ada momen miris yang terlihat. Seorang wanita duduuk di lantai kereta, usut punya usut ternyata wanita tersebut sedang mengandung anak ke duanya.

Naas, wanita ini tidak dapat tempat duduk akibat padatnya orang yang menikmati layanan kereta Jabodetabek ini pukul 16.00. Wanita itu hanya menyumpal hidungnya dengan daun jeruk untuk mengurangi rasa mual.

akhirnya beberapa penumpang termasuk saya mencari tempat untuk ibu itu duduk. Singkat kata kami sepakat untuk membangunkan wanita yang terlihat masih muda dan kuat untuk berdiri.

Lalu kami termasuk saya dengan bapak-bapak yang berdiri di depan pintu berdiskusi satu sama lain mengenai kejadian tadi. Intinya kami sepakat, karena sedikit sekali penumpang laki-laki di gerbong 7 yang menimati kursi, berakibat banyaknya wanita dengan status prioritas untuk duduk tidak mendapatkan fasilitas itu.

Kemudian kereta kami masuk ke stasiun Manggarai, disana ada beberapa penumpang masuk termasuk dua orang ibu-ibu. Karena melihat kondisi kereta cukup padat, leduanya memutuskan untuk turun.

Sontak aku berkata, naik malem aja bu kalo gak mau penuh. Tetapi perkataan ku segera di sanggah oleh lelaki tua sekitar umur 55 tahun dengan topi di kepalanya, dia mengatakan bahwa kereta malam sama saja dengan kereta sekarang, sehingga lereta itu tidak ada waktu kosong.

Saru orang lelaki buncit sekitar 45 tahun umurnya juga menuturkan bahwa dirinya pernah menaiki kereta terakhir tetapi sama saja kondisinya penuh.

"Ia pak sama aja penuh saya naik dari manggarai karena waktu itu saya pergi ke luar kota saya sengaja untuk naik kereta terakhir tetapi hasilnya tetap saja sama". Dia melanjutkan bahwa prediksinya di sekitaran Stasiun Depok banyak penumpang turun salah. "Saya kita bakal banyak yang turun di Depok tapi semua bablas ke arah Bogor, sampe saya turun di bojong karena rumah saya di sana masih banyak yg di kereta ternyata penumpang itu ya warga bogor semua".

Lalu topik duskusi pun berubah menjadi kepadatan kereta. Kita sebagai pengguna kereta KRL Komuter Line merasakan betapa padatnya kereta apa lagi di jam sibuk. Tidak heran banyak sekali orang yang memaksa untuk masuk ke dalam gerbong walaupun mendapati gerbong itu sudah penuh, tak ayal banyak penumpang di dalam terhimpit.

Kami bertiga berdiskusi tentang hal itu, Bapak Tua tadi mengatakan pelayanan kereta kali ini memang lebih baik tetapi kondisi di dalam kereta lebih baik dahulu sebelum di buat kereta komuter. Menurutnya dulu para penumpang bisa menakar waktu keberangkatan dan menghindari jam-jam sibuk kereta.

Tetapi kondisi sekarang menurutnya memperihatinkan, banyak orang yang menggunakan kereta serta tidaka da jam sepi bagi kereta. “dulu kita bisa kira-kira waktu pengen pergi, soalnya kereta itu pasti penuh karena orang yang bekerja. Kalo sekarang boro-boro, denger aja kata bapak tadi (Bapak berperut buncit) dia bilang kan kereta terakhir aja masih penuh,”.

Tapi menurut Bapak Tua tadi, kita sebagai penumpang bisa menakar waktu kapan kereta sepi. “Tapi kita sebasgai pengguna kereta sekarang bisa menakar waktu kapan kereta itu akan sepi. Liat nih skrg yang dominasi Ibu-ibu kan? Nah Ibu-ibu itu pergi untuk belanja, sekarang itu awal bulan, jadi ada hubungannya kan?,” katanya sambil memegang pegangan kereta. jadi menurut bapak tua tadi “tanggal muda” adalah saat dimana kereta akan sangat banyak karena Ibu-ibu memburu barang belanjaan ke Tanah Abang, pusat grosir terbesar se Asia Tenggara.

Bapak berperut buncit membenarkan hal itu, dia pun merasa kapok menunggu kereta hingga jam terakhir. Bapak dengan jaket hitam dan baju batik di dalamnya menuturkan cara lain untuk mendapatkan kereta yang kosong dan kemungkinan mendapat tempat duduk yang lebih banyak. “saya kan kerja, kalo saya sih karena rumah saya lumayan deket ke Bogor jadi milih ke Bogor dulu kan lumayan tuh masih berasa ACnya lumayan lah ada kemungkinan buat dapet duduk,” katanya.

Lalu bapak tua tadi juga mengatakan bahwa padatnya penumpang ini karena tidak ada alternatif mode transportasi lain. Aku pun mengiya-kan perkataannya, karena jika kita menggunakan kendaraan pribadi pun akan terasa sangat lelah menghadapi macet belum lagi keluar uang besar untuk membeli bahan bakar.

Lebih lanjut Bapak tua dengan baju Abu-abu itu mengatakan dahulu kita masih punya kereta pakuan (keliatan kan tuanya, jika mengikuti zaman saya bahasa pakuan itu sudah di tinggalkan di gantikan ekspres).  Jadi menurutnya penumpang dengan kantung tebal lebih memilih kereta jenis tersebut. “kalo sekarang semua sama pake Komuter kalo dulu ada pakuan, orang yang beruang pasti pilih kereta itu karena kan langsung gak berenti di semua stasiun, lebih cepat juga,”.

Jadi kesimpulan daridiskusi kusir itu adalah:

  • Hindari tanggal muda, disaat ibui-ibu mendapatkan uang dari para suaminya. Kebanyakan ibu akan menggunakan uang tersebut untuk berbelanja kebutuhan pokok dan pakaian tentunya. Apa lagi sekarang Umat Islam akan berpuasa dan lebaran, banyak orang tua yang membelikan anaknya pakaian baru.
  • Cobalah untuk naik kereta dari hulunya
  • Mendorong KCJ untuk membuka kereta model baru dengan pelayanan berbeda seperti kereta api pakuan waktu dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun