Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sajak dan Berita Bedanya Fiktif dan Fakta? Itu Kesesatan Berfikir!

26 Mei 2016   16:29 Diperbarui: 26 Mei 2016   16:45 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sajak itu bukanlah fiktif tetapi sebuah fakta karena syairnya di ambil dari sebuah berita tentang seorang pesuruh di Pasar Petani. Pesuruh itu tinggal di perbukitan Babilonia, ia hidup miskin karena ia tinggal di sebuah gubuk. Pesuruh itu frustasi dengan hidupnya sehingga ia minum minuman keras di Warung Dua Puluh November.

Di warung tersebut ia bernyanyi hingga mabuk. Setelah itu dirinya menceburkan disi ke Telaga Rodrigo De Freitas kemudian ia tenggelam. Judul dari sajak tersebut adalah “Sajak berdasarkan sebuah Berita di Koran”. Penyairnya adalah Manuel Bandeira dari Brasilia.

Dari kedua contoh tadi kita dapat menarik kesimpulan bahwa tidak semua sajak itu fiksi dan semua berita itu fakta. Lalu bagaimana kita membedakan keduanya?

Jika di cermati secara seksama, nampak jelas beda antara berita dan juga sajak. Dalam berita tanda baca harus di pakai untuk memudahkan pembaca dalam mencerna informasi serta memberikan kenikmatan saat membaca berita.

Sajak bisa saja kita temukan tanda baca bedanya tanda baca dalam sajak tidak menuruti fungsi tanda tersebut. Tanda baca di letakkan sesuai kehendak penyair.

Penyair memilih kata-katanya untuk membuat perasaan tertentu kepada para pembacanya. Jika kita liat dalam syair tadi ada kata ‘ia’ yang di ulang sebanyak tiga kali. Hal ini tidak di perbolehkan dalam dunia jurnalistik.

Saat saya kuliah dosen saya selalu mengatakan untuk tidak mengulang kata di paragraf yang sama. Jika kita mengulangnya akan terjadi pengulangan kata serta semakin berkurangnya wadah kita untuk menulis informasi lainnya. Apa lagi dihadapkan dengan media kertas seperti majalah, kata-kata harus di perhatikan agar makna dan pesannya sampai ke pembaca dengan baik.

Larik, larik dalam KBBI adalah hentian arus ujaran dalam pembacaan sajak yang ditentukan oleh peralihan. Sajak menjadi puisi antra lain karena larik yang di gunakan. Tetapi dalam berita larik yang seperti ini tidak akan di gunakan karena akan menghambur-hamburkan kertas dan membengkaknya ongkos produksi.

Sekian ulasannya, semoga bermanfaat. Mari kenali Bahasa lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun