Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kenapa Harus Sunda Kelapa Hingga Jakarta?

3 Mei 2016   16:27 Diperbarui: 3 Mei 2016   16:43 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak kenal Jakarta, sebuah Ibu Kota dari negara besar bernama Indonesia ini menjadi kota tersibuk di Indonesia. Bukan hanya itu, Jakarta menjadi magnet masyarakat Indonesia untuk mencari nafkah. Seperti yang kita ketahui bersama Jakarta sebagai pusat pemerintahan merangkap sebagai pusat ekonomi sehingga banyak warga pendatang mengadu nasib di tanah kelahiran legenda Betawi, Si Pitung orang biasa menyebutnya.

Jakarta adalah kota yang cukup tua di Indonesia. Selama ini jakarta sering sekali berganti nama mulai dari Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia, hingga kini menjadi Jakarta. Tetapi kenapa harus Sunda Kelapa menjadi nama pertama kota yang luasnya sebesar Negara Singapura ini?

Dahulu Sunda Kelapa sebutan Jakarta saat itu dikuasai oleh sebuah kerajaan sunda yang memiliki Ibu Kota di daerah Pakuan Pajajaran. Kerajaan tersebut menganut ajaran Agama Hindu dan dikenal sebagai Kerajaan Padjajaran dan sekarang dikenal dengan nama Bogor. Di daerah Sunda Kelapa terdapat sebuah dermaga di muara Kali terbesar saat itu yaitu kali Ci Liwung. Dermaga yang menjadi tempat bersandarnya banyak kapal tersebut bernama Kalapa.

Kalapa menjadi Sebuah dermaga Internasional karena sering di singgahi kapal dari luar negri seperti Tiongkok dan India. Tetapi sejak abad 15 pelaut dari Portugis juga datang dan menyebut dermaga tersebut sebagai Cunda Calapa. Orang portugis menambah nama Sunda kepada dermaga tersebut karena dermaga itu dimiliki oleh kerajaan Sunda. Semenjak saat itu nama sunda kelapa mulai tidak asing di telinga para saudagar yang datang ke Jakarta.

Dengan semakin banyaknya para pedagang dari berbagai negara ke Dermaga Kalapa, saat itulah muncul agama baru yang bernama Agama Islam. Agama tersebut cepat sekali mempengaruhi para penduduk dan lama kelamaan dengan pendekatan tanpa kekerasan Agama Islam mulai menjadi agama baru yang di peluk oleh masyarakat Sunda Kelapa dan sekitarnya.

Raja Padjajaran saat itu Sri Baduga Maharaja tidak merasa resah dengan ajaran baru yang masuk ke tubuh kerajaannya, sampai-sampai ada beberapa keluarga kerajaan merubah kepercayaannya menjadi Islam. Setelah usia kepemimpinjan Sri Baduga Maharaja berumur 39 tahun dia digantikan dengan Surawisesa. Raja yang baru itu mulai memkirkan tentang mempertahankan Pelabuhan Kalapa dari tangan musuh. Diapun mulai melakukan kerjasama dengan Portrugis, dari perjanjian tersebut terdapat beberapa kesepakatan seperti Portugis akan membangun benteng di Kalapa dan Kerajaan Padjajaran akan memberikan lada, komoditi utama waktu itu kepada Portugis.

Perjanjian antara Portugis dengan Kerajaan Padjajaran waktu itu  sangat menghawatirkan bagi Trenggana, Sultan Demak III. Karena Selat Malaka telah di kuasai oleh Portugis.. bila selat Sunda juga di kuasai oleh Portugis maka perairan Nusantara bagian Selatan akan dikuasai Portugis. Sehingga akan mematikan perekonomian Kerajaan Demak.

Trenggana memberikan instruksi kepada pasukannya untuk menyerbu Padjajaran. Pasukan di bawah kepemimpinan Fatahillah berhasil menguasai Selat Sunda. Pasukan demak tidak sendiri, pasukan itu juiga di dukung oleh pasukan penguasa Cirebon, Syarif Hidayatullah dan dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Sejak itu nama Sunda Kelapa berganti nama dengan Jayakarta yang berarti kemenangan atau kesejahteraan mutlak.  Nama Jayakarta juga sering di sebut atau di tulis dengan Jakarta.

Tetapi sayangnya nama Jayakarta yang berarti Kesejahteraan telah berubah. Pamornya berkurang dan kalah dari Pelabuhan Banten. Jayakarta hanya di singgahi oleh kapal nelayan tidak seperti dahulu yang sering di singgahi oleh kapal-kapal niaga. Setelah keruntuhan pamor Jayakarta, VOC mulai masuk ke pelabuhannya, dan lama-kelamaan VOC berhasil meguasai Jayakarta, namanya berubah menjadi Batavia.

Nama Jakarta kembali menjadi nama Ibu Kota Indonesia di zaman ini, Jepang yang dahulu datang dengan mengatasnamakan rasa senasib sepenanggungan dengan Indonesia karena menganggapnya satu rumpun di Asia. Untuk itu Jepang mulai menghapus beberapa peninggalan Belanda di Indonesia menjadi gaya Jepang termasuk merubah nama Batavia menjadi Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun